SAMPIT – Biaya menuju kota-kota di Kalimantan Tengah (Kalteng) menggunakan pesawat dalam beberapa hari terakhir di luar kewajaran. Warga mempertanyakan harga tiket yang mencekik tersebut. Tingginya harga membuat sebagian penumpang terpaksa menunda keberangkatan.
Cici (31), penumpang pesawat dari Surabaya yang turun di Bandara Haji Asan Sampit, Sabtu (21/7), mengaku terpaksa menunda keberangkatan karena harga tiket pesawat yang mahal. Dia seharusnya sudah berangkat sejak Kamis (19/7) lalu. Saat itu tak ada penerbangan langsung. Harus transit, sehingga biayanya lebih besar.
”Saya memilih menunggu berangkat Sabtu melalui penerbangan langsung. Beberapa hari yang lalu, untuk rute Surabaya – Palangka Raya pun sudah sampai Rp 2,3 juta. Menurut saya angka segitu sudah mahal. Jadi, lebih baik saya tunda keberangkatan ke Sampit,” tuturnya, Sabtu (21/7).
Tati (41), penumpang lainnya juga mengeluhkan mahalnya harga tiket. ”Saya pesan tiket sudah mepet, jadi masuk kelas yang mahal. Dua hari sebelum keberangkatan saya pesan, harga tiket sudah di harga Rp 1,4 juta dengan penerbangan jalur langsung. Kalau transit setahu saya memang lebih mahal lagi,” ujarnya.
Menurut Tati yang sudah terbiasa menggunakan pesawat ini, harga normal tiket tujuan Surabaya-Sampit biasanya hanya berkisar antara Rp 500 ribu – Rp 600 ribu. ”Yang jelas harganya nggak sampai sejuta lebih. Di bawah sejuta kalau normalnya,” katanya.
Sulitnya mencari tiket murah juga membuat Amelia (58) harus berjuang. Dia mengaku sudah seperti mengemis. ”Katanya tanggal 23 Juni lalu harga tiket sudah mulai normal kembali. Tetapi, buktinya, saya sampai ibarat mengemis. Mencari tiket murah susah sekali,” ujarnya.
Penelusuran Radar Sampit, harga tiket Surabaya – Sampit dengan jalur transit pada jadwal keberangkatan hari ini (22/7) mencapai Rp 4,7 juta. Hal demikian juga terjadi untuk rute Surabaya – Palangka Raya yang seharga Rp 3,7 juta.
Distrik Manager Sriwijaya Ismihadi mengatakan, tiket mahal itu disebabkan penerbangan langsung yang penuh, sehingga harus melalui jalur penerbangan transit. ”Kalau seat (kursi) sudah penuh untuk tujuan Sampit, akan diarahkan melalui penerbangan dengan jalur transit, sehingga harga tiket lebih mahal,” katanya, Sabtu (21/7).
Ismihadi mengatakan setiap maskapai penerbangan seperti Sriwijaya sudah memiliki ketetapan harga dari pemerintah.Hal itu disebabkan membeludaknya penumpang dan penerbangan yang harus transit.
Dia mengungkapkan, harga tiket tertinggi yang ditetapkan pemerintah untuk rute Surabaya-Sampit kelas ekonomi Rp 1.314.000 dan kelas bisnis Rp 1.678.000. Hanya disediakan delapan seat.
Untuk tujuan Semarang-Sampit harga tertinggi kelas ekonomi Rp 1.680.000. Kemudian, Jakarta-Sampit harga tertinggi untuk kelas ekonomi Rp 1.584.000 dan kelas bisnis Rp 2.370.000 juta.
”Jadi, jika harga yang ditawarkan lebih dari itu, kemungkinan dia (penumpang, Red) melalui jalur penerbangan transit sehingga lebih mahal,” tuturnya.
Ismihadi menuturkan, jasa pelayanan tiket online selalu berusaha menyediakan tiket meskipun melalui jalur penerbangan transit yang jelas harganya lebih mahal. ”Kalau pertama naik Sriwijaya Air, tetapi saat transit ganti maskapai Garuda, jelas lebih mahal lagi biaya tiketnya,” ujarnya.
Menurutnya, jumlah penumpang menuju Sampit dalam beberapa hari terakhir selalu penuh, sementara keberangkatan hanya sedikit. ”Yang turun penuh terus dan yang naik hanya sekitar 50-an orang tiap penerbangan,” ujarnya.
Ismihadi merinci, penumpang yang turun menggunakan Sriwijaya Air rute Jakarta-Sampit, Sabtu (21/7), sebanyak 120 penumpang; Semarang-Sampit 70 penumpang; Surabaya-Sampit pagi 120 penumpang dan sore 130 penumpang.
Kepala Seksi (Kasi) Keamanan Bandara Haji Asan Sampit Charles mengatakan, arus balik Lebaran masih bisa dirasakan, sehingga terjadi antrean penumpang.
”Harga tiket mahal karena tiket pesawat jalur penerbangan langsung full (penuh). Jadi, diarahkan ke jalur penerbangan transit ke kota lain. Selain itu, arus balik terasa meskipun sudah hampir satu bulan Lebaran telah berlalu,” kata Charles.
Hal serupa juga terjadi untuk tujuan Pangkalan Bun. Dalam satu minggu ke depan harga tiket dari tiga kota besar, yakni Jakarta, Semarang, dan Surabaya paling rendah Rp 909 ribu. Padahal, di waktu normal hanya sekitar Rp 700 ribu.
Selain itu, tiket penerbangan langsung menuju Pangkalan Bun dari tiga kota pusat bisnis di Jawa itu juga sudah mulai menipis. Sebagian besar tiket penerbangan harus transit ke bandara terdekat sebelum menuju Pangkalan Bun.
Distrik Manajer NAM Air Pangkalan Bun Aminuddin Fakhmi mengatakan, untuk penerbangan menuju Pangkalan Bun, permintaan tiket masih tinggi. Akibatnya, harga tiket pesawat naik secara beruntun sesuai permintaan.
”Namun, kami tidak buka di harga yang tinggi. Masih pada taraf middle up (menengah ke atas),” katanya, Sabtu (21/7).
Menurutnya, masih tingginya penumpang menuju Pangkalan Bun setelah libur Lebaran dan libur sekolah bisa terjadi karena jadwal liburan (cuti) masyarakat yang berbeda-beda. Bisa juga disebabkan adanya peralihan penggunaan transportasi oleh penumpang yang sebelumnya menggunakan kapal, beralih ke pesawat karena harga tiket sudah mulai turun.
”Kalau dari Pangkalan Bun menuju kota-kota di Jawa sudah mulai normal dan memasuki low season, sehingga sudah ada tiket promo,” tuturnya.
Mengenai harga yang dinilai tidak wajar di situs pemesanan tiket, Fakhmi menjelaskan, calon penumpang harus jeli melihat harga tiket. Mereka harus memperhatikan apakah harga tersebut merupakan penerbangan langsung atau transit. Jumlah transit juga harus diperhatikan. Selain itu, penggunaan maskapai yang berbeda saat transit juga memengaruhi harga.
”Harga tiket untuk penerbangan langsung pasti sudah ada koridor harga tertingginya dan maskapai tidak akan berani melebihi ketentuan itu. Namun, untuk tiket penerbangan transit, jelas akan berbeda. Ada beberapa faktor yang memengaruhi,” ujarnya.
Selain itu, lanjutnya, situs pemesanan tiket biasanya hanya membantu pelanggan bagaimana caranya sampai ke tujuan yang diinginkan. ”Biasanya, kalau direct flight (penerbangan langsung) ke salah satu tujuan sudah terjual habis, maka aplikasi secara otomatis mencari alternatif dan itu yang mereka tampilkan,” katanya.
Hal serupa diungkapkan Station Manajer Trigana Air Pangkalan Bun, Cris Nanlohy. Menurutnya, harga tiket menuju Pangkalan Bun sudah terbilang turun untuk pembukaan awal.
”Kalau maskapai kami untuk tiket menuju Pangkalan Bun tetap mengacu peraturan pemerintah tentang batas bawah dan batas atas,” katanya.
Dia mengungkapkan, untuk rute Semarang-Pangkalan Bun sudah terjual habis sampai tanggal 27 Juli. Hal itu terjadi karena masih tingginya penumpang menuju Pangkalan Bun. Penyebabnya bisa terjadi karena masih adanya pegawai atau karyawan swasta yang mengambil cuti setelah Lebaran dan baru kembali ke Pangkalan Bun pada pekan terakhir Juli.
”Bisa juga masyarakat yang bekerja di sektor informal memilih liburan setelah Lebaran. Itu hanya dugaan, karena kami tidak mungkin bertanya ke masing-masing penumpang, kenapa mereka baru ke Pangkalan Bun setelah liburan berakhir,” katanya.
Bagi maskapai, lanjutnya, semakin tinggi jumlah penumpang, akan berpotensi makin berkembangnya layanan penerbangan di wilayah tersebut. ”Semakin banyak penumpang malah lebih bagus, karena perkembangan jalur transportasi udara di Pangkalan Bun akan semakin maju,” tandasnya. (rm-87/sla/ign)