PENUH semangat dan ingin terus berprestasi itulah yang ada dibenak dan pikiran remaja putri ini. Dukungan orang tuanya jadi kunci untuk mewujudkan mimpinya meraih prestasi, baik di sekolah maupun di luar sekolah.
DESI WULANDARI, Sampit.
Chika Anastasya Hartanto, terbilang banyak dikenal remaja sekolah menengah pertama dan atas, terutama yang seusianya di Sampit. Siswi yang sekarang duduk dibangku kelas XII MAN Sampit ini, sejak SMP namanya sudah sering wara wiri di media lokal dengan segudang prestasinya.
Pertama kali media ini menemui Chika, yakni ketika kegiatan di Mako Polair di Desa Belanti Kecamatan MB Ketapang beberapa waktu lalu. Kebutulan saat itu ada Kapolda Kalteng hadir, dan saat itu Chika tampil membacakan puisi. Chika yang merupakan anak seorang polisi Poliar ini, sering unjuk bakat mengisi acara di Mako tempat ayahnya bekerja. Saat itu Chika baru saja masuk enam besar terbasik nasional lomba cipta puisi.
Pertemuan kedua kalinya, ketika acara Dinas Pemberdyaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (P3AP3KB) Kotim. Saat itu Chika menjadi ketua Forum Anak Kalteng. Dirinya menyuarakan tentang hak-hak anak yang menjadi konsentrasinya saat itu, dan dirinya dituntut mampu menjadi contoh bagi anak seusianya.
Pertemuan ketiga di tahun ini, yakni saat ajang Pemilihan Putra Putri Pariwisata 2018. Chika menjadi salah satu finalisnya. Di ajang bergengsi tingkat kabupaten ini, Chika mampu sampai masuk tahap dua besar, kendati kemudian terpilih menjadi wakil I Putri pariwisata Kotim 2018.
Kendati demikian, senyumnya tetap mengembang, semangatnya tetap terlihat meskipun tidak menjadi jawaranya. Tak berselang lama, di tahun ini juga pada tanggal 5-8 Juli Chika turut serta mewakili Kotim di ajang Putri Otonomi Daerah Indonesia 2018. Kali ini dirinya mampu masuk sepuluh besar nasional dan mewakili Kalteng, namanya kembali ramai di perbincangkan bahkan di media sosial.
Kemudian, pertemuan keempat Chika dengan media ini, yakni di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi di salah satu hotel di Sampit.
Ada hal unik dalam setiap kali pertemuan media ini yang tak sengaja dengan Chika. Remaja putri berparas cantik ini selalu ditemani dan diantar ibunya, Anitha Liana. Selain karena jadwal kegiatannya yang cukup padat, Chika juga masih harus diantar sang ibu untuk ke sana kemari, karena belum bisa naik motor sendiri.
”Kapan lagi di sayang orangtua jadi sampai sekarang saya belum bisa naik motor, hal itu saya anggap bentuk kasih sayang orangtua kepada saya,” ujarnya seraya tertawa mengawali sesi wawancara dengan Radar Sampit.
Gadis remaja kelahiran 19 Juli 2001 yang baru berulang tahun ke 17 ini, berasal dari pinggiran kota Sampit, yakni di Desa Belanti Kecamatan MB Ketapang Kotim. Hal tersebut yang sempat membuatnya ada sedikit keraguan dan minder untuk bersaing dengan anak-anak di kota. Namun berkat dukungan dan dampingan dari orangtuanya, membuat Chika mampu membuktikan jika ia mampu bersaing dan berprestasi di kota.
Chika, mulai sekolah di TK Kayu Tribuwana, SDN 6 Palangsian, SMP Meranti Mustika, dan menempuh pendidikan SMA-nya di Sampit. Dikarenakan ayahnya Budi Hartanto seorang anggota Polri yang harus bertugas di luar kota, membuatnya harus berpisah tempat tinggal. Chika tinggal di rumah kontrakan bersama ibunya, karena Chika tidak diperbolehkan mengendarai sepeda motor sehingga seluruh aktivitasnya harus ditemani ibunya.
”Saat saya ragu untuk bersaing di Kota. Namun, saya selalu ingat satu nasihat ibu saya. Dimana pun mutiara itu berada, tetap mutiara hanya tinggal menunggu waktu dan kesempatannya saja untuk bersinar. Hal tersebutlah yang selalu membuat saya percaya diri untuk tampil dihadapan semua orang,” ujar gadis yang bercita-cita menjadi seorang Aparatur Sipil Negara (ASN).
Chika yang hobi membaca ini juga sangat hobi membuat puisi. Tahun 2014 dia pernah menjadi enam besar terbaik nasional lomba cipta puisi. Sehingga menjadi kebanggaannya bisa bertemu dengan presiden dan ibu negara di Jakarta. Prestasi akademiknya juga tidak usah diragukan lagi sejak SD, yakni tidak pernah keluar dari predikat tiga besar. Dirinya juga selalu ingin mencoba segala hal, sebab menurutnya seseorang tidak akan pernah tahu jika tidak pernah mencoba.
“Menjadi perwakilan putri otonomi pariwisata ini juga bukan hal yang mudah, saya harus belajar mempersiapkan diri untuk mengetahui hal apa saja dalam otonomi daerah,” ujar Chika yang juga sangat suka dengan mata pelajaran sejarah ini.
Pola mendidik ibunya dengan cara berteman sehingga membuat Chika selalu terbuka untuk berdiskusi berbagai macam hal dengan orang tuanya. Termasuk menyiapkan berbagai materi untuk setiap lomba yang diikutinya. Chika merasa sangat bersyukur memiliki orangtua yang perhatian dengan dirinya dan mendukung seluruh karir serta pendidikannya.
Akhirnya, putri kampung yang sempat merasa minder, baru-baru tadi mampu bersaing dengan peserta dari 38 kabupaten Se Indonesia yang turut serta dalam pemilihan Putri Otonomi Indonesia 2018 di ajang (Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI) Otonomi Expo 2018. Tugas utamanya tentu untuk bagaimana agar orang tertarik untuk berinvestasi di Kotim.
Prestasi ini juga buah dari hasil persiapan yang baik dan dukungan orangtua yang dipandang positif, sehingga membuat Chika merasakan buah hasil perjuangannya.
“Saya ingin anak muda dan generasi Kotim mampu berprestasi di bidangnya masing-masing, semua orang bisa berpretasi dan mewujudkan mimpinya,” pungkas anak pertama dari dua bersaudara ini.
Chika juga sangat berterimakasih dengan pemerintah kabupaten Kotim, atas kesempatan yang diberikan kepada dirinya. Dirinya mengaku bukan hal yang mudah untuk mencapai prestasi ini. Namun berkat kepercayaan Pemkab Kotim, maka dirinya mampu memberikan pres tasi untuk daerah ini. Chika juga berharap akan banyak lagi prestasi demi prestasi yang mampu diraihnya untuk daerah ini. (*/gus)