SAMPIT – Selain tim dari Dinas Lingkungan Hidup dan Dinas Perikanan dan Kelautan, Dinas Kesehatan Kotim juga menurunkan tim untuk mengambil sampel air di sungai tersebut. Hal itu untuk memastikan penyebab kematian ikan di sejumlah desa di Kecamatan Telawang. Sampel air yang tercemar diteliti di Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Kotim.
”Air itu sedang kami cek di Labkesda Kotim. Untuk pengecekannya cukup lama," kata Kepala Dinas Kesehatan Kotim Faisal Novendra Cahyanto, Kamis (6/9).
Pengecekan kondisi air itu, menurut dia, bisa memakan waktu hingga dua pekan. Melalui itu nanti bisa diketahui kandungan air tersebut. Mengenai kemungkinan ada kandungan minyak atau racun yang mematikan, akan terdeteksi melalui uji sampel tersebut.
”Airnya itu memang berminyak. Itu yang kami cek. Apakah akibat limbah perusahaan atau seperti apa," tegas Faisal.
Sambil menunggu hasil pengecekan, dia mengimbau masyarakat yang biasanya menggunakan air sungai agar untuk sementara tak memanfaatkan air itu.
Hingga kini belum diketahui secara pasti penyebab kematian ikan di Sungai Seranau, Desa Sebabi, Tanah Putih, dan Runting Tada. Warga dan sejumlah anggota DPRD Kotim menuding kematian itu akibat meluapnya limbah pabrik perkebunan di sekitarnya.
Selain ditangani pemkab, kasus kematian ikan massal di Sungai Seranau dan Buluh Tibung itu juga ditangani Polres Kotim. Sejumlah saksi diperiksa penyidik.
Sementara itu, DPRD Kotim mengharapkan hasilnya nanti bisa dijelaskan kepada publik secara transparan. ”Kalau memang itu karena limbah, silakan disampaikan. Jangan takut diintervensi. Kami berharap pemerintah daerah netral dengan benar,” kata Ketua Komisi III Rimbun. (ang/ign)