SAMPIT- Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur berharap manuyang anak atau meayun anak tetap menjadi budaya yang rutin digelar setiap tahun. Sebab, budaya suku Dayak pesisir ini dinilai sangat sarat akan makna.
Wakil Bupati Kotawaringin Timur HM Taufiq Mukri mengatakan, pihaknya berharap event Manuyang Anak selanjutnya dapat dikemas lebih menarik lagi. Sehingga tak hanya menjadi daya tarik bagi warga lokal melainkan juga wisatawan dari luar daerah, bahkan mancanegara.
”Saya berharap Dinas Kebudayaan dan Pariwisata bisa mencarikan pola baru, kreasi dan inovasi untuk bisa membangkitkan event ini lebih menarik. Semoga ini menjadi perhatian. Sehingga nantinya bisa menarik wisatawan lokal maupun mancanegara,”imbuhnya, Kamis (6/12).
Manuyang anak ini merupakan event pariwisata yang rutin digelar setiap tahun saat bulan Rabiul Awal atau bertepatan dengan bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Manuyang anak merupakan budaya yang lahir di kalangan masyarakat suku Dayak pesisir.
Biasanya manuyang anak diawali doa bersama. Selanjutnya melaksanakan Tasmiyahan atau pemberian nama kepada anak. Setelah itu dilanjut dengan mengayun anak di dalam ayunan berhias kreasi janur.
Dalam event Manuyang Anak kali ini diikuti sebanyak 150 anak. Namun, hanya 120 anak yang dapat ditampung di Gedung Serbaguna Sampit itu. Sehingga sebagian terpaksa harus bergantian. Setiap tahunnya jumlah peserta dari event budaya ini semakin meningkat. Ini menandakan upaya peran serta masyarakat dalam melestarikan ini juga kian baik.
”Saya senang bisa mengikutsertakan anak saya dalam event ini. Semoga tahun-tahun selanjutnya manuyang anak ini semakin bagus dan inovatif,” kata Eva, salah seorang orangtua peserta.
Tasmiyahan dan Manuyang Anak ini merupakan salah satu rangkaian peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang digelar Pemkab Kotim. Pemkab Kotim kini berupaya melestarikan tradisi budaya yang ada. Terutama yang mengandung nilai positif keagamaan. Dengan harapan, nantinya akan berdampak baik bagi pariwisata di daerah itu. (oes/gus)