KASONGAN - Bunga bangkai atau rafflesia tumbuh subur di ladang masyarakat Desa Buntut Bali, Kecamatan Pulau Malan, Kabupaten Katingan. Keberadaannya dibiarkan begitu saja, hanya ditebang apabila dianggap bau busuk.
Sehat, warga Desa Buntut Bali, mengatakan, banyak bunga bangkai di ladang padi dan duriannya. Namun tidak semua menghasilkan bau busuk bak mayat itu.
"Kalau di sini bunga bangkai disebut warga lokal sebagai manya bukus. Tumbuh dimana saja hampir tiap tahun, tapi tidak semuanya bisa berkembang sampai menjadi bunga. Rata-rata mati dengan sendirinya," ungkap bapak dua anak itu.
Menurutnya, keberadaan bunga bangkai sejauh ini dianggap sebagai pengganggu sehingga sering dibasmi, terutama oleh kaum petani.
"Bunga bangkai ini kalau masih muda atau belum berkembang kadang dijadikan sayur oleh warga di sini. Tapi hanya umbut atau solornya saja, sebab secara umum tumbuhan ini mirip seperti talas," ujarnya.
Sejauh ini belum ada aturan atau larangan apapun terhadap bunga bangkai, baik oleh peraturan adat, desa, maupun peraturan daerah.
"Setahu saya, bunga bangkai di sini tumbuh subur namun muncul secara acak. Artinya tidak di satu tempat saja, agar tidak tumbuh lagi biasanya umbi yang ada di bagian akar turut dicabut. Kalau tidak siklus hidupnya akan terus tumbuh," pungkasnya. (agg/yit)