PANGKALAN BUN- Program replanting kebun sawit akan berlanjut ditahun 2019 ini. Sedikitnya 438 hektare kebun sawit milik masyarakat tiga desa di Kecamatan Pangkalan Lada dan Kecamatan Kumai akan dilakukan penanaman ulang.
Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan (TPHP) Kabupaten Kotawaringin Barat Kamaludin mengatakan, program replanting ini untuk meremajakan sawit dan diganti dengan bibit berkualitas. Agar mampu menghasilkan buah yang lebih baik lagi.
“Tahun ini ada 438 hektare kebun sawit milik masyarakat yang kita direplanting,” kata Kamaludin.
Lokasi replanting di Desa Pandu Senjaya, Kecamatan Pangkalan Lada seluas 162 hektare yang merupakan milik 36 kepala keluarga (KK). Biaya untuk replanting mencapai Rp 4 miliar lebih. Selanjutnya Desa Pangkalan Dewa, Kecamatan Pangkalan Lada ada 176 hektare, milik 81 kepala keluarga dan dana yang dibutuhkan mencapai Rp 4,4 Miliar. Kemudian di Desa Sungai Bedaun, Kecamatan Kumai ada 100 hektare yang merupakan milik 50 kepala keluarga. Dana yang dibutuhkan untuk replanting mencapai Rp 2,5 miliar.
“Replanting kebun sawit ini sudah kita usulkan ke Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) dan sudah disetujui anggarannya mencapai Rp 10,9 miliar untuk replanting ditiga tempat itu,” jelas Kamaludin.
Bantuan anggaran dari BPDPKS ini langsung disalurkan kepala kelompok tani yang bersangkutan. Dimana bantuan tersebut merupakan usulan tahun 2018 lalu.
“Minimal yang kita usualkan untuk program replanting adalah 1000 hektare. Namun dari kami juga bakal melakukan seleksi untuk kebun yang diusulkan untuk direplanting,” jelasnya.
Menurutnya masyarakat Kobar juga bisa mengusulkan replanting dengan jumlah minimal anggota kelompok terdiri dari 20 petani. Selanjutnya masalah kepemilikan kebun harus jelas. Sehingga nantinya jika disetujui bisa langsung disalurkan kepada penerima bantuan.
“Jika disetujui, satu hektare itu mendapat Rp 25 juta. Itu bisa digunakan untuk membabat kebun sawit selanjutnya ditanam bibit baru dan perawatan dalam satu tahun. Sehingga para petani jauh lebih ringan,” jelasnya. (rin/sla)