KUALA PEMBUANG – Kerupuk pipih merupakan produk olahan khas Kabupaten Seruyan yang sudah terkenal hingga keluar daerah, bahan bakunya ikan Belida atau biasa disebut ikan pipih merupakan ciri khas Bumi Gawi Hatantiring.
Para pengrajin kerupuk pipih di Kabupaten Seruyan pun cukup banyak, mengingat produk olahan kerupuk pipih ini laris di pasaran.
Namun, saat ini pengrajin kerupuk pipih mengalami kesulitan memperoleh bahan baku, berupa ikan pipih.
Rohana (50), salah satu pengrajin kerupuk pipih rumahan mengakui, bahwa hingga saat ini dirinya masih kesulitan mendapatkan bahan baku untuk pembuatan kerupuk pipih, dan berakibat pada tidak maksimalnya produksi kerupuk ikan pipih.
“Kami masih kesulitan mendapatkan bahan baku, pasokan bahan baku yang selama ini kami dapatkan hanya bergantung pada nelayan sungai,” katanya.
Untuk saat ini, keberadaan ikan pipih memang sedikit sulit untuk didapatkan di pasaran, ditambah lagi jika memang ada pun, harganya bisa mencapai Rp90 ribu kilogramnya.
Rohana mengakui, untuk permintaan kerupik pipih sendiri terrbilang cukup tinggi, bahkan dalam sekali produksi, secara berkala bisa menghasilkan sedikitkan 50 kilogram selalu habis terjual, baik untuk memenuhi pesanan maupun dipasarkan kembali.
“Bahkan memang ada yang pesan terlebih dahulu untuk dibuatkan kerupuk pipih, bahkan ada yang dari luar Seruyan yang pesan, dan mereka harus menunggu terlebih dahulu sampai kita bisa mendapatkan bahan bakunya dan sampai proses pengolahan selesai,” imbuhnya.
Umi (43), pengrajin kerupuk mengatakan, tak sedikit pengrajin kerupuk pipih yang berubah haluan menjadi pengrajin kerupuk dengan bahan baku yang berbeda.
“Selama kita tidak mendapatkan bahan baku untuk membuat kerupuk pipih, kita biasanya membuat kerupuk dengan bahan baku yang berbeda, yaitu kerupuk ikan haruan (gabus) dan ikan tenggiri. Harganya pun sedikit lebih murah, yakni Rp80 ribu per kilogramnya, sedangkan untuk kerupuk ikan pipih itu mencapai Rp120 ribu per kilogram,” sebutnya.
Terkait masalah ini, ia mengharapkan pemerintah bisa mencarikan solusinya, karena memang pengrajin kerupuk pipih rumahan hanya bergantung pada pasokan para nelayan sungai yang terbatas, sehingga mereka sedikit kesulitan untuk mendapatkan bahan baku. (rm-98/fm)