PANGKALAN BUN – Truk berkapasitas besar (truk fuso) dan peti kemas yang masuk dalam Kota Pangkalan Bun menjadi sorotan banyak pihak. Sejumlah tokoh masyarakat dan tokoh agama angkat bicara mengkritisi persoalan tersebut.
Seperti disampaikan Gusti Rosyidin, Ketua Gusmat (Gusti, Utin, Said Syarifah, Mas, Antung, Tengku) Masyarakat Kotawaringin Barat. Menurutnya banyak masyarakat mengeluh dan menyampaikan secara langsung perihal lalulintas truk fuso dan peti kemas.
Bahkan sempat ada yang mau bertindak sendiri karena kesal dengan perilaku sopir truk fuso dijalan raya yang dapat membahayakan pengguna lain dan tidak sesuai dengan kapasitas jalan.
Secara umum banyaknya truk fuso dan angkutan peti kemas yang melintas menandakan perekonomian semakin maju. Tetapi jika tidak dibarengi dengan penertiban oleh pihak berwenang maka berpotensi menimbulkan gesekan dikalangan masyarakat. Apalagi truk fuso ini banyak yang masuk ke dalam kota dan langsung ke gudang dan pangkalan untuk mengangkut barang.
”Jika terus dibiarkan kita khawatir dampaknya ke depan. Selain berpotensi menimbulkan gesekan dengan masyarakat umum, juga akan muncul kekhawatiran akan terjadi kecelakaan lalulintas,” kata Gusti Rosyidin, Kamis (14/3).
Menurutnya sudah banyak kejadian di jalan raya akibat ulah sopir truk fuso, mulai dari peti kemas yang jatuh kejalan raya, kemudian truk fuso terguling membawa telur, ada juga truk fuso yang menabrak rumah warga di jalan Natai Arahan karena tidak kuat naik tanjakan.
Ia mendesak agar pemerintah menertibkan, apakah diatur dengan waktu saat melintas, atau adanya lokasi khusus pembongkaran sehingga tidak ada lagi truk jumbo masuk kota.
”Harusnya ditindak, truk berkapasitas besar masuk ke dalam kota, kalau ada lokasi khusus untuk bongkar muat truk fuso rantai ekonomi juga akan terbangun karena harus di lansir dengan mobil kecil, hal itu sangat diharapkan masyarakat,” jelasnya.
Ia menegaskan keinginan masyarakat ini jangan sampai terpendam, karena keluhan soal truk fuso ini sudah cukup lama bahkan hingga berganti Bupati. Pihaknya bukan melarang masyarakat luar daerah masuk atau mencari rezeki di Kabupaten Kotawaringin Barat, tetapi tentu harus dibuat aturan supaya tidak menimbulkan keresahan.
Senada juga ditegaskan Ustad Yunus, yang juga warga Desa Batu Belaman, Kecamatan Kumai, ia sangat berharap Pemkab Kobar segera merespon karena ini sudah menjadi keluhan banyak masyarakat. Diakuinya kendaraan lintas Kalimantan-Jawa ini cukup banyak dan berkembang pesat tetapi menurutnya memang sudah saatnya dibuatkan aturan sehingga bisa tertib.
”Harapan kita segera direspon dan ditertibkan dan dicarikan solusinya, supaya tidak menjadi masalah dikemudian hari,” jelas Ustad Yunus.
Kemudian tokoh agama lainnya, Habib Lutfi juga menimpali apa yag disampaikan Ustad Yunus bahwa demi kemaslahatan masyarakat umum, pengaturan kendaraan berkapasitas besar sangat diperlukan segera. Mengingat sudah ada riak dikalangan masyarakat yang protes atas keberadaan mereka. Hal ini tentu harus cepat mendapat respon sebelum berdampak yang lebih luas.
”Kita juga berharap supaya ada aturan untuk ketertiban kendaraan besar jangan sampai nanti menunggu ada korban baru ditertibkan,” pintanya.
Suara keras juga disampaikan Gusti Kadran, cucu Sultan ke-13 Kesultanan Kutaringin ini mengatakan bahwa jangan sampai masyarakat mengambil tindakan sendiri karena lambatnya respon dari pihak terkait. Karena ia sudah mendapat laporan keluhan dari sejumlah masyarakat bahkan sempat ada yang ingin memportal jalan meski pada akhirnya masih bisa dicegah.
Ia juga mengingatkan beberapa kejadian di jalan raya akibat truk fuso dan peti kemas, dari mulai peti kemas yang jatuh, truk fuso menabrak rumah orang, menghambat lalulintas jalan pada saat jam sibuk, truk fuso masuk ke dalam kota dan masih ada lagi kejadian akibat ulah truk fuso. “Kendaraan besar ini mayoritas ber pelat non KH, artinya mereka ini hanya keluar masuk saja, gaya yang mereka pakai juga gaya dari luar daerah mereka tidak memperhatikan masyarakat sekitar,” tegasnya. (sam/sla)