Chindy Nadya Siahaan (17) tak menyangka bakal mendapat nilai Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) tertinggi se-Kalimantan Tengah untuk jenjang SMK. Kerja kerasnya selama ini tak sia-sia.
DINTYA AYU PURIKA, Sampit
Tak ada yang tak mungkin jika bersungguh-sungguh. Ungkapan yang sekilas terdengar klise itu rupanya dirasakan benar oleh Chindy Nadya Siahaan. Gadis itu tengah berbahagia, karena mendapat kabar dari dirinya berhasil meraih nilai tertinggi UNBK jenjang SMK se-Kalteng.
Nilai yang diraihnya sebesar 356,00 dengan nilai rata-rata 89,00. Nilai tersebut merupakan akumulasi dari empat mata pelajaran yang diujikan, yakni bahasa Indonesia dengan total nilai 94,00, bahasa Inggris total nilai 82,00, matematika total nilai 90,00, dan KMP (Mapel Kejuruan) total nilai 90,00.
Gadis belia yang masih di Jakarta untuk mengikuti bimbingan belajar selama tiga bulan ini berencana mengikuti ujian masuk Politeknik Keuangan Negara STAN di Jakarta.
”Puji Tuhan, gak menyangka bakal jadi peraih nilai tertinggi. Senang sekali rasanya, meski tidak bisa melihat pengumuman secara langsung karena posisi sekarang masih di Jakarta. Ini masih ikut bimbel masuk STAN, baru mau nyampai dua bulan,” tutur Chindy, Senin (13/5).
Chindy mengaku sedang fokus untuk persiapan masuk STAN, meskipun sebelumnya juga mengikuti tes masuk sejumlah Perguruan Tinggi Negeri lainnya, baik di Kalimantan maupun di Jawa.
Khusnul, ibu Chindy juga tak menyangka anak pertamanya itu meraih nilai tertinggi se-Kalteng. Menurutnya, Chindy termasuk anak yang cuek dan terbilang santai dalam kesehariannya di rumah.
”Tapi kalau belajar memang anaknya lumayan rajin. Cuma rajinnya dia itu tak terlihat. Saya sebagai orang tua tidak menyangka anak saya yang juara satu dan juara se-Kalteng lagi. Benar-benar masih gak percaya rasanya. Saat aya pertama mendengarnya itu, rasanya benar-benar mau pingsan. Terharu sempat nangis bahagia saya tadi,” jelasnya.
Chindy merupakan anak seorang pedagang. Dia tinggal bersama ibu dan dua saudaranya. Sang ayah, Hotlis Siahaan, telang berpulang.
Menurut Khusnul, sejak TK Chindy sudah sering mengikuti kegiatan lomba. Bahkan terakhir sebelum ujian nasional anaknya mengikuti lomba bahasa Inggris yang digelar di Universitas Darwan Ali Sampit. “Dia juara waktu itu. Pulang-pulang sambil nunjukin ke saya pialanya,” katanya.
Sebagai ibu, Khusnul terkadang bingung cara atau metode belajar anaknya yang cenderung punya karakter santai dan cuek. Tak jarang ia sering mengomel.
”Tapi memang anaknya penurut. Cara belajarnya itu beda dengan anak kebanyakan. Kadang saya berpikir, ini anak sedang belajar baca buku atau dengerin musik, karena belajarnya itu sambil pasang earphone di telinganya,” ujarnya.
Menjelang ujian nasional, lanjutnya, Chindy masih belajar dengan gaya santainya. Terkadang anaknya terbangun tengah malam untuk belajar.
”Pas mau ujian nasional ini saja dia santai banget, tapi gak tahu ya kalau di sekolah dia belajar. Cuma kalau malam sering bangun. Mungkin di situlah kesempatan belajarnya,” katanya.
Meskipun cuek, Chindy merupakan siswa yang sering meraih peringkat pertama di kelasnya. Saat peringkat kelasnya turun, mental Chindy juga ikut drop.
”Pernah suatu ketika ada peringkatnya yang menurun, dia sempat down. Menangis, menyesali rangkingnya jatuh jadi rangking 4. Setelah itu dia mulai bangkit lagi, dia sering bilang pokoknya aku harus bisa, harus bisa, harus bisa. Akhirnya dia lama-lama bisa meraih peringkat 1 lagi,” tutur Khusnul. (rm-97/ign)