SAMPIT- Penularan human immunodeficiency virus (HIV) dan acquired immune deficiency syndrome (AIDS) di Kotawaringin Timur cukup mengkhawatirkan. Dari awal tahun 2019 hingga bulan Juni tadi penderitanya sudah 66 kasus.Padahal tahun 2018 lalu, hanya 62 kasus.
Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Kotim Asyikin Arpan menjelaskan peningkatan penyakit yang belum ada obatnya ini semester pertama sudah terlihat peningkatannya. Dibanding tahun lalu saja sudah lebih tinggi.
”Cukup meningkat di Kotim, makanya kami gencar melakuan pencegahan melalui berbagai penyuluhan,” kata Asyikin, Minggu (21/7).
Jumlah penderita HIV ada sebanyak 42 kasus. Sedangkan yang positif AIDS ada 24 kasus. Dari total itu, sudah 5 orang meninggal dunia.
Diungkapkannya, meski lokalisasi di Kotim sudah ditutup namun tidak terlalu berpengaruh dengan tingkat penyebaran HIV dan AIDS. Justru pengawasannya akan semakin sulit dan menjadi tantamgan tersendiri bagi KPA.
Asyikin mengungkapkan tingkat kesadaran pemeriksaan oleh masyarakat terhadap ini juga terbilang rendah. Hal ini diperparah dengan masih banyaknya oknum masyarakat yang suka berprilaku tidak sehat. Salah satunya dengan melakukan seks menyimpang.
”Karena media penularannya itu sebagian besar melalui hubungan seks berisiko atau heteroseksual,” jelas Asyikin.
KPA Kotim pun dinilai sangat aktif melakukan upaya pencegahan ini. Misal ke sekolah dan perguruan tinggi yang ada di Kotim. Pelajar dan mahasiswa menjadi sasaran utama penyuluhan ini. Sebab melalui merekalah di masa yang akan datang penularan HIV dan AIDS ini dapat dicegah.
Sesuai dengan MDGs (millenium development goals) atau tujuan pembangunan milenium, masyarakat berusia 15 tahun-24 tahun harus mengetahui HIV maupun AIDS secara komprehensif. Jangka panjangnya, mereka dapat menyuarakan pencegahan penyakit menular ini.
”2030 tidak ada lagi infeksi HIV, tidak ada lagi kematian karena AIDS, dan tidak ada lagi stigma dan diskriminasi terhadap penderitanya. Kita ingin itu semua dapat terwujud,” kata pria yang juga mantan birokrat ini.
Hingga saat ini sudah 10 sekolah di Kotim yang didatangi KPA Kotim, dan 2095 siswa diberikan penyuluhan penyembah dan dampak HIV dan AIDS.
KPA juga rutin menggelar voluntary counselling and testing (VCT) atau konseling dan tes HIV sukarela.
Langkah lainnya KPA juga selalu melibatkan diri ketika ada operasi penyakit masyarakat oleh instansi terkait. Sebab melalui operasi itu KPA bisa mendeteksi penderita HIV dan AIDS.
KPA Kotim pun mengapresiasi kebijakan pemkab yang selama ini mendukung pencegahan HIV dan AIDS. Baik dari sisi penganggaran maupun fasilitas lainnya. Sehingga KPA tetap terus berjuang mencegah penyebaran penyakit berbahaya itu.
Lebih lanjut dia mengatakan, guna meminimalisasi kematian akibat HIV dan AIDS , penderita hendaknya rutin melakukan pengobatan, yakni minum obat seumur hidup atau anti-retroviral (ARV).
Asyikin juga meminta masyarakat untuk tidak menjauhi orang yang terkena ODA (orang dengan AIDS).
Ditambahkannya, bagi ibu hamil yang ada di Kotim agar melakukan pemeriksaan dini. Dikhawatirkan penyakit ini menular ke bayi nantinya.(oes)