PANGKALAN BUN - Warga dan Karang Taruna Gawe Gora Sida Seborang, Kelurahan Raja Seberang, Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) berbergotong royong memperbaiki jembatan titian kayu ulin di kampung mereka, Minggu (4/8) pagi. Titian kayu yang merupakan akses poros warga setempat dari dan menuju jalan raya itu tampaknya belum mendapat perhatian serius pihak berwenang.
Ketua Karang Taruna, Gawe Gora Sida Seborang, Fathurahman mengatakan, sejatinya jembatan yang panjangnya mencapai lebih dari 1 kilometer ini usianya sudah lebih dari 10 tahun, dan kondisinya sudah berlubang disana - sini, kurang layak lagi untuk dilewati.
Namun warga tidak ada pilihan, jembatan yang sudah kerap memakan korban itu tetap menjadi jalan favorit warga untuk beraktivitas sehari – hari. Meski sudah tidak terhitung pengendara yang jatuh dari jembatan yang mempunyai ketinggian 2 meter itu.
Terlebih, sepanjang jalur jembatan khususnya 800 meter dari jalan lintas Pangkalan Bun - Kolam tidak ada penerangan sama sekali, bahkan di pemukiman hanya penerangan dari rumah - rumah penduduk yang menerangi jalan yang dibangun di era kepemimpinan presiden Gus Dur itu.
“Ini jalan poros, sebagai pintu masuk utama menuju pemukiman paling padat di Kelurahan Raja Seberang, jadi sejatinya jembatan ini sudah harus dipermanenkan, kasihan di poros jembatan ini juga terdapat sekolah dan masjid,” tambahnya.
Untuk itu ia berharap agar pemerintah daerah, atau jika memang jembatan ini menjadi kewenangan provinsi bahkan pusat, ia atas nama seluruh warga Kelurahan Raja Seberang meminta agar secepatnya mendapat penanganan.
Sementara itu, salah seorang staf Kelurahan Raja Seberang, M. Teddy menyampaikan bahwa pemerintah daerah melalui anggaran APBD sudah mengganti fisik jembatan yang berada di depan kantor kelurahan. Namun, untuk jembatan utama, yakni di Jalan Gusti Abdullah yang mempunyai panjang satu kilometer lebih dan lebar dua meter ini memang sudah saatnya untuk dipermanenkan.
Lantaran jembatan tersebut papan ulinnya banyak yang hancur, agar keselamatan dan kenyamanan warga, melalui anggaran kelurahan telah membeli sebanyak 250 papan ulin, lebar dua meter untuk mengganti papan jembatan yang sudah hancur.
“Untuk jalur poros ini saja sudah habis lebih dari 100 papan, artinya 250 papan ini tidak bisa mengganti seluruh papan yang pecah dan berlubang di Raja Seberang Ini,” ungkapnya.
Menurutnya kalau terus - terusan dilakukan tambal sulam, tentu saja sangat tidak ekonomis mengingat untuk satu keping papan ulin dengan panjang dua meter harganya sudah mencapai hampir Rp 70 ribu. Dan ia memprediksi tiga bulan kedepan kondisinya akan kembali rusak.
Ia berharap agar jembatan ini segera dipermanenkan, ia menyerahkan kepada pemerintah yang mempunyai kewenangan terhadap perbaikan jembatan tersebut, apakah melalui PUPR Kobar, Provinsi atau bahkan pusat.
“Kalau jembatan di Raja Seberang ini sudah permanen, baik cor beton maupun timbunan dan diaspal, tentu saja berdampak luar biasa bagi perkembangan ekonomi masyarakat, apalagi saat ini di bantaran sungai sedang digalakkan potensi pariwisatanya,” pungkasnya.(tyo/sla).