SAMPIT-Ribuan warga Kecamatan Baamang Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) turut meriahkan malam takbiran Hari Raya Idul Adha 1440 Hijriah, dengan pawai obor berkeliling ,Sabtu (10/8) malam. Para peserta berjalan kaki menelusuri rute sejauh 5 kilometer, sambil mengkumandangkan takbir.
Dengan titik start dan finish di halaman kantor Kecamatan Baamang, ribuan peserta pawai obor ini dilepas langsung oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Kotim, Halikinnor didampingi Camat Baamang Yusransyah.
Sebanyak 41 kelompok peserta meramaikan kegiatan ini. Mereka terdiri dari jenjang pendidikan SD hingga SMA, Mahasiswa, kelompok pemuda, sanggar seni, perguruan pencak silat, instansi/kelurahan, drum band dan kalangan umum.
Sekda Kotim Halikinnor usai melepas seluruh peserta pawai obor berharap pawai obor ini bisa menjadi agenda tetap di Kotim, sehingga bisa mendatangkan wisatawan, baik lokal maupun mancanegera.
”Salah satu program prioritas kita adalah pengembangan destinasi wisata. Tidak hanya wisata alam buatan, tapi juga wisata religius. Pawai obor ini salah satunya, sesuai dengan kondisi wilayah kita, bahwa kabupaten Kotim adalah wilayah yang agamis” tuturnya.
Ke depan lanjutnya, agar kegiatan semacam ini bisa ditingkatkan tidak hanya di tingkat kecamatan, namun bisa bekerja sama dengan dinas terkait, khususnya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata supaya dapat dikembangkan secara nasional. ”Bisa menjadi event tetap di Kabupaten Kotim,” tambahnya.
Pawai obor kali ini, sudah yang ke delapan kali dan selalu ada peningkatan setiap tahun. Kendati obornya hanya dengan bambu biasa, namun kegiatan ini bertepatan dengan penyambutan hari kemerdekaan RI, sehingga banyak pengembangan, yakni bercampur nuansa merah putih.
Halikin menambahkan, pihaknya ingin setiap pemerintah kecamatan punya ciri khas agar bisa ditingkatkan ke tingkat kabupaten, sehingga dapat menarik kunjungan wisata. Menurutnya suatu daerah itu harus ada ciri khas yang kuat. Seperti halnya kegiatan agamis tersebut yang perlu ditingkatkan.
Sementara itu menurut Camat Baamang Yusransyah, pawai obor sengaja dipilih, karena selain melestarikan budaya daerah juga memiliki makna sebagai penerang dalam pelita. Menurutnya seperti perjuangan Nabi Ibrahim yang rela mengorbankan anaknya Nabi Ismail sebagai tanda ketaatan kepada sang pencipta.
”Tujuan kegiatan ini untuk mengingatkan kembali filosofi kita, yaitu obor. Obor merupakan alat penerangan bagi masyarakat sejak dulu kala hingga sekarang. Bagi masyarakat kita di pedalaman yang tidak teraliri listrik, mereka tetap menggunakan obor untuk penerangan,”pungkasnya.
Selain itu tambah Yusransyah, sifat gotong royong juga tercermin dalam kegiatan tersebut sebagaimana moto Kotim, Habaring Hurung, penuh dengan sifat gotong royong. Digambarkan dalam mencari bambu bersama, membuat obornya bersama, dinyalakan juga mulai dari satu dulu, kemudian terus menyala sampai akhir kegiatan. (yn/gus)