SAMPIT | PANGKALANBUN | PALANGKA | KOTAWARINGIN | METROPOLIS | BARITO | GUMAS | DPRD SERUYAN

METROPOLIS

Selasa, 10 September 2019 22:09
Kenakan Pakaian Spesial, Jadi Tradisi Turun-Menurun

Saat Jemaah Haji Tiba di Kampung Halaman

Penampilan jemaah haji perempuan saat tiba di tanah air.(HENY/RADAR SAMPIT)

Kedatangan jemaah haji selalu disambut meriah oleh sanak keluarga. Tak sedikit pula jemaah haji yang rela merogoh kantong dalam-dalam untuk mempersiapkan diri berpakaian warna-warni.  

HENY, Sampit

Satu demi satu, jemaah haji turun dari bus. Mereka menuju ruang aula Islamic Center, Sabtu (7/9) malam,  untuk mengikuti acara penyambutan jemaah haji oleh para pejabat Pemerintah Daerah Kotim.   Aroma minyak wangi khas Arab seketika mengharumkan aula.

Ada jemaah haji laki-laki yang berpakaian sorban ala-ala Raja Arab. Ada juga yang sengaja mengenakan kacamata hitam, padahal malam hari plus kabut asap.  

Penampilan jemaah haji kaum perempuan juga tak kalah unik. Dari pemilihan kerudung sampai pakaian long dress atau biasa kita mengenalnya sebutan gamis, semua dipenuhi dengan payed-payed dan bling-bling. Lampu di ruangan tersebut bisa memantulkan dari pakaian yang dikenakan mereka.

Raut wajah bahagia dengan perona pipi berwarna merah muda dan pemerah bibir berwarna maroon terpancar dari seorang perempuan yang saat itu mengenakan pakaian berwarna krim disertai payed dan bling-bling serta kerudung yang diikat ke samping.  Dialah Rusmaniah (49) yang mengalihkan pandangan Radar Sampit malam itu.

Saat itu dia terlihat asik berbincang hangat dengan sanak keluarganya. Tak lama, dia sempatkan mengambil foto yang telah di genggamnya, guna mengabadikan momen yang tak bisa terulang.  

“Ini momen satu kali, belum tentu bisa terulang kembali,” ucap Hajjah Rusmaniah.

Pulasan make up Rusmaniah layaknya perempuan yang biasa pergi ke kondangan.  Demi sebuah penampilan, dirinya pun bahkan rela merogoh kocek dalam-dalam untuk mempersiapkan diri mengenakan pakaian berkilau saat kepulangan haji.

“Ini saya desain sendiri ke tukang jahit dan sengaja dipersiapkan dibawa ke Mekkah, karena ini momen bahagia yang sayang untuk dilewatkan begitu aja,” ucap warga Jalan Sari Gading Baamang Tengah.

Pakaian berkilau juga dikenakan Diana, jemaah haji yang bersebelahan dengan Rusmaniah. Kali ini dia mengenakan pakaian gamis berwarna merah dengan sedikit motif putih serta kerudung bling-bling berwarna kuning kunyit.  

Ditanya makna dari pakaian yang dikenakannya, mereka menjawab ini semua sudah menjadi tradisi turun-temurun, yang bahkan dikenakan saat kepulangan haji.

“Memang sudah menjadi tradisi kami dari zaman datu nenek kami ini, emang harus kenakan pakaian seperti ini, untuk mengambil apuahnya (berkah),” ucap Diana seraya mendoakan wartawati Radar Sampit dapat ke Mekkah.

“Datuk nenek saya juga saat kepulangan haji juga mengenakan pakaian seperti ini juga,” sahut Rusmaniah.  

Lain hanya dengan Salasiah. Menurutnya, pakaian seperti ini sebagai bentuk rasa syukur karena telah menunaikan serangkaian ibadah haji.

“Ini sudah tradisi dan sebagai bentuk rasa syukur dan bahagia karena bisa tunaikan ibadah haji dan pulang dengan selamat.  Tak hanya di Sampit, di Bugis Makassar dan daerah Indonesia lainnya juga mengenakan pakaian seperti ini,” ucap Salasiah, warga keturunan Madura.

Menurutnya, semua punya kostum nyentrik, namun tak semua mau mengenakannya karena memang bukan suatu keharusan.

“Semua punya, ibu-ibu yang mengenakan kursi roda saja juga mengenakan pakaian seperti saya ini.  Tetapi yang lain ada yang enggak dipakai. Ya tidak apa-apa karena bukan suatu keharusan,” ujarnya.

Dari pantauan Radar Sampit, sebanyak 212 jemaah haji yang datang malam itu, ada sekitar 20-an jemaah haji perempuan yang mengenakan pakaian dengan pernak-pernik.

 Kepala Seksi Penyelenggara Haji dan Umrah Kemenag Kotim Rabiatul Adawiyah  mengaku senang melihat jemaah haji Kotim, meskipun ada satu dua orang yang kelelahan selama di perjalanan.

“Alhamdulillah jemaah sehat, tetapi tadi memang ada jemaah yang kelelahan selama perjalanan merasa pusing tetapi sudah pulih kembali,” kata Rabiatul.

Ditanya terkait busana khas yang dikenakan jemaah haji Kotim, Rabiatul mengatakan pengenaan pakaian bling-bling hanya tradisi yang biasa dikenakan saat kepulangan jemaah haji.

“Memang tidak ada dalam islam diminta berpakaian warna warni dan bling-bling. Ini sudah tradisi turun-temurun dan sebagai wujud kebahagiaan telah menunaikan ibadah haji. Setiap jemaah yang pulang haji selalu mengenakan pakaian yang spesial,” tandasnya. (yit)  

 

 

 


BACA JUGA

Rabu, 09 September 2015 00:45

Uji Kebohongan, Tim Hukum Ujang Dukung Uji Forensik

<p>&nbsp;PALANGKA RAYA - Tim Kuasa Hukum Ujang-Jawawi menyatakan penetapan hasil musyawarah…

Sitemap
  • HOME
  • HOT NEWS
  • NEWS UPDATE
  • KOLOM
  • RAGAM INFO
  • INSPIRASI
  • FEATURE
  • OLAHRAGA
  • EKONOMI
Find Us
Copyright © 2016 PT Duta Prokal Multimedia | Terverifikasi Dewan Pers