PANGKALAN BUN - Satu - satunya wilayah konservasi kawasan penyangga (Buffer Zone) yang tersisa di Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP) akhirnya ikut terbakar. Kawasan Jerumbun yang masuk dalam wilayah administrasi Desa Sungai Bedaun, Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) membara sejak Senin (16/9) kemarin.
“Apa yang kami khawatirkan menjadi kenyataan, ini mimpi buruk. Jerumbun yang benar - benar kita jaga saat ini terbakar,” kata Manager Friend of National Park Foundation (FNPF) Kalimantan, Bagas Dwi Nugrahanto, Rabu (18/9).
Ia menjelaskan, selama ini Jerumbun menjadi fokus FNPF untuk reforestasi lahan yang terbakar pada tahun 2015, kemudian kembali ditanami dengan ribuan pohon hutan dan buah - buahan. Setelah itu pada tahun 2016 tim FNPF kembali menanam dari awal di atas lahan seluas 60 hektare, dan tinggi pepohonan saat ini sudah mencapai sekitar 5-6 meter.
“Sebelum kebakaran tahun 2015, kawasan ini juga pernah ditanami puluhan ribu pohon oleh FPNF pada tahun 2008,” ungkapnya.
Bagas menyebut, kebakaran yang terjadi di Jerumbun sejauh ini sudah menghabiskan sekitar dua hektare kawasan hutan dan saat ini kebakaran terus meluas.
Sejatinya untuk menyelamatkan kawasan penyangga itu, FNPF Kalimantan terus melakukan pembebasan lahan, hal itu bertujuan untuk menyelamatkan kawasan penyangga. Karena masih ada satwa yang terlihat di kawasan tersebut seperti Orang utan, Kelasi, Owa - owa, Bekantan serta satwa liar lainnya.
Ia mengakui saat ini pihaknya mengalami kendala dalam penanganan kebakaran, seperti kendala tenaga, dan peralatan. Praktis untuk penanganan FNPF hanya mempunyai 7 orang personel.
Kendala lainnya adalah sumber air, sehingga untuk pemadaman mereka hanya menggunakan jet shooter manual dengan kapasitas air 20 liter.
Kawasan Jerumbun merupakan vegetasi padang ilalang kering dan sebagian lahan gambut dalam, sementara saat ini api hanya berjarak sekitar satu kilometer dari hutan yang masih alami, jika kondisi angin kencang maka potensi kebakaran hutan alami akan terjadi dalam kurun waktu satu hari.
Untuk memaksimalkan penanganan kebakaran hutan, pihaknya saat ini menjalin koordinasi dengan Satgas Karhutla Kobar, dan Balai TNTP, karena bukan saja tenaga pihaknya saat ini juga membutuhkan dukungan moril.
“Kami hanya tujuh orang, juga ada sukarelawan dari Jerman yang membantu pemadaman, kami butuh dukungan moril dan tenaga,” pungkasnya. (tyo/sla)