SAMPIT | PANGKALANBUN | PALANGKA | KOTAWARINGIN | METROPOLIS | BARITO | GUMAS | DPRD SERUYAN

SAMPIT

Senin, 22 Februari 2016 15:00
Liputan Khusus Jejak Warga Keturunan di Bumi Habaring Hurung
Mencuri Inspirasi dari Tanah Tiongkok
MAMPU BERTAHAN: Salah seorang anak warga keturunan saat sedang berada di Klenteng Kong Miao Lintang di Jalan MT Haryono Sampit untuk melihat persiapan perayaan Cap Go Meh, Minggu (21/2). (FOTO: USAY NOR RAHMAD/RADAR SAMPIT)

TIONGKOK dikenal sebagai bangsa dengan jumlah penduduk paling banyak di dunia. Saking banyaknya, sebagian dari mereka harus merantau ke seluruh penjuru negeri, termasuk Indonesia. Mereka bertahan dengan ilmu yang diwariskan nenek moyang dan tetap eksis ikut membangun, menyatu dengan pribumi.

Sajian Dim Sum, yang tadinya hangat, sudah tak berkukus lagi. Supratman,‎ masih sibuk melayani tamu di restoran oriental food barunya di Jalan Gatot Subroto, Sampit. Jarum jam hampir menunjukan pukul 21.00 WIB, tapi pengunjung masih saja berdatangan.

”Maaf ya, agak lama menunggu. Begini lah, lumayan sibuk,” ucap pria itu membuka obrolan, seraya menghadapi Radar Sampit

Tak mudah menemui pria yang akrab disapa Ayes ini. Kecuali saat momentum tertentu, misalnya hari besar keagamaan. Kalau bukan tanpa bantuan orang terdekatnya, mustahil dapat bertemu langsung. Maklum, pengusaha satu ini sangat sibuk.

Radar Sampit berhasil menemuinya di tempat usahanya, Senin (15/2) lalu. Itu pun setelah dua hari lalu berusaha mencari pria ini. Mulai dari mendatangi tempat tinggal, hotel pribadi, dan tempat praktik tukang giginya, Ayes selalu tak ada.

---------- SPLIT TEXT ----------

Beruntung, putranya, Bambang, yang memiliki usaha‎ agen operator seluler di MT Haryono, berbaik hati mau mau memfasilitasi wawancara dengan Ayes.  Melalui Bambang, Ayes akhirnya bersedia ditemui. 

Tahun 1977, Ayes datang ke Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim). Dia memulai semuanya dari nol. Belum ada usaha, apalagi bisnis besar seperti sekarang. Diawali dengan bekerja ikut orang atau yang disebutnya ”makan gaji” dilakoninya untuk bertahan hidup bersama istri dan anaknya.

Membuka usaha sebagai tukang gigi, menjadi goresan awal sukses hidupnya berbisnis. Bisnisnya terus berkembang. Setelah jasa tukang gigi, Ayes mulai merambah bisnis penginapan yang juga masih bertahan sampai sekarang.

Dari tahun ke tahun investasinya terus bertambah dengan membuka rumah toko di sejumlah titik di Kota Sampit. Akhir-akhir ini, Ayes kembali menjajal bisnis baru di bidang kuliner, restoran dim sum, tempat koran ini menemuinya. 

”Jadi tukang gigi, awalnya ikut usaha saudara, selama tiga tahun. Sampai akhirnya buka praktik sendiri,” kenangnya.

Sebenarnya, sejak tahun 1970, Ayes sudah pernah singgah ke Kotim. Dia juga pernah bekerja di Desa Muara Bulan, Kecamatan Mendawai, Kabupaten Katingan. Saat itu Ayes bekerja sebagai motoris speedboat, dua tahun lamanya.

Di Samuda—sekarang Kecamatan Mentaya Hilir Selatan—Ayes juga pernah menjadi karyawan di sebuah bioskop selama setahun. ”Kalau mau kaya harus kerja sendiri. Tidak ada orang yang ’makan gaji’ kecuali korupsi,” ujarnya. (oes/ign)

 


BACA JUGA

Rabu, 09 September 2015 22:17

Dishub Diminta Tambah Traffic Light

<p><strong>PALANGKA RAYA</strong> &ndash; DPRD Kota Palangka Raya menilai sejauh…
Sitemap
  • HOME
  • HOT NEWS
  • NEWS UPDATE
  • KOLOM
  • RAGAM INFO
  • INSPIRASI
  • FEATURE
  • OLAHRAGA
  • EKONOMI
Find Us
Copyright © 2016 PT Duta Prokal Multimedia | Terverifikasi Dewan Pers