PANGKALAN BUN - Satu dari tiga orang warga Kelurahan Mendawai, Kecamatan Arut Selatan yang hilang saat melaut di kawasan Laut Jawa ditemukan meninggal tertimbun pasir di kawasan Kendawangan, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Kondisi jenazah sudah tidak utuh dan mulai membusuk.
Jenazah itu diketahui bernama Subandrio (41). Hal itu dipastikan setelah celana dalam yang dikenakan korban dikenali keluarga serta kesamaan tanda lahir berupa tahi lalat dan juga bekas luka akibat tersulut panasnya knalpot sepeda motor.
Salah seorang kerabat korban, Dedet mengatakan bahwa pertama kali dirinya mendapat informasi dari petugas Kepolisian bahwa ada penemuan mayat dengan posisi tertimbun pasir. Korban memang sudah tidak bisa dikenali karena bagian tubuhnya tidak lengkap.
“Tapi ada celana dalam yang dipakai sama dengan yang di rumah korban. Serta di bagian tubuhnya ada tahi lalat sebagai tanda lahir. Sehingga kami pastikan bahwa korban adalah keluarga kami,” kata Dedet.
Setelah mendapat kepastian itu, jenazah korban langsung dikirim ke Rumah Sakit Sultan Imanuddin Pangkalan Bun untuk dilakukan otopsi. Sehingga ada kejelasan mengenai penyebab meninggalnya korban.
Bupati Kobar Hj Nurhidayah juga menyempatkan melihat korban di Rumah Sakit Sultan Imanuddin. Korban memang secara fisik tidak bisa dikenali karena sudah terjadi pembusukan.
“Jenazah ini sudah dipastikan pihak keluarga bahwa ini warga Kelurahan Mendawai yang hilang beberapa waktu lalu. Keluarga dari korban bisa mengenali karena ada tanda lahir dan pakaian dalam yang dikenakan,” kata Bupati.
Sementara itu penyebab meninggalnya korban ini juga masih menjadi teka-teki. Pihak keluarga menyerahkan semua kepada Kepolisian untuk mendalami kasus tersebut.
“Kita serahkan ke pihak kepolisian untuk mendalami kasus ini. Motifnya apa, apakah murni kecelakaan saat melaut saja atau ada motif kriminal. Kita tidak bisa menduga-duga,” jelasnya.
Sementara itu dokter spesialis forensik Rumah Sakit Sultan Imanuddin Erianto mengatakan, hasil dari otopsi jenazah tersebut memang sulit, karena korban diperkirakan telah meninggal lebih dari 15 hari. Ditambah lagi kondisi korban tidak utuh, seperti kepala, tangan dan telapak kaki sudah tidak ada.
“Dengan kondisi yang tidak utuh ini membuat kami kesulitan untuk mengidentifikasi korban,” kata Dokter Erianto.
Erianto juga menjelaskan bahwa pihaknya tidak bisa menyimpulkan penyebab korban meninggal. Jika ada ditemukan bagian tengkorak kepala, tulang tangan dan telapak kaki, bakal mempermudah proses otopsi.
“Sekarang belum bisa menyimpulkan apakah meninggalnya karena kekerasan atau tidak. Jika nanti ada anggota tubuh ditemukan, bisa kita otopsi lagi,” jelasnya.
Sekedar diketahui korban telah dinyatakan hilang sekitar 24 hari lalu. Saat itu korban diajak melaut oleh dua rekannya Sunarto (35) dan Irwansayah (35).
Ketiganya melaut pada Kamis (3/10) lalu. Mereka bertiga menggunakan KM Berkat Barokah. Setelah melaut, tiga orang tersebut tidak bisa dihubungi dan tidak terdeteksi koordinatnya. Sampai saat ini baru Subandrio yang ditemukan meninggal, sementara dua lainnya belum ada kabar.
Ditemukan Petugas Jaga Konservasi Telur Penyu Sisik
Jenazah Subandrio ditemukan Kurni (69) petugas penjaga konservasi telur Penyu Sisik di Pulau Penambun, Dusun Pulau Bawal, Desa Kendawangan, Kalimantan Barat, Sabtu (26/10). Jenazah yang mulai rusak itu teridentifikasi sebagai salah satu dari tiga nelayan Kobar yang dikabarkan hilang di perairan Laut Jawa pada Jumat (5/10) lalu.
Jenazah hanya mengenakan celana dalam berwarna biru dengan merek Tifa. Saat itu seluruh bagian tubuh jenazah tertimbun pasir pantai.
Polisi Perairan Marnit Patroli Kendawangan yang mendapat laporan harus menunda evakuasi, mengingat laporan itu diterima pada malam hari dengan kondisi cuaca tidak bersahabat, selain itu jarak yang harus ditempuh ke Dusun Pulau Bawal sangat jauh, sekitar 35 mil.
Atas penemuan mayat tersebut, Polisi Perairan Polres Kobar segera melakukan koordinasi dengan Marnit Kendawangan dan melakukan evakuasi terhadap jenazah bersama pihak keluarga yang sempat mendatangi lokasi ditemukannya jenazah tersebut.
Berdasarkan ciri - ciri lahir seperti tahi lalat, luka di kaki akibat knalpot kendaraan, dan celana dalam yang dipakai terdapat tulisan spidol atas nama korban, maka keluarga segera membawa jenazah dengan menggunakan mobil melalui jalur darat, ke RSUD Sultan Imanuddin untuk dilakukan proses identifikasi.
Kepala Satuan Polisi Air Polres Kotawaringin Barat Iptu Herbet P Simanjuntak mengatakan berdasarkan keterangan Dokter Forensik yang menanganinya tidak terdapat bukti kekerasan pada jenazah, dan dari hasil pengamatan dari tanda lahir , pihak keluarga meyakini kemudian menyatakan dan memastikan bahwa jenazah tersebut adalah keluarga mereka yang hilang di laut Subandrio alias Iban.
“Selanjutnya keluarga membawa pulang jenazah tersebut untuk dimakamkan secara layak, sementara untuk dua orang lainnya masih dalam pencarian dan belum ditemukan sampai sekarang,” pungkasnya. (tyo/rin/sla)