SAMPIT - Fenomena gerhana, baik gerhana matahari ataupun gerhana bulan, bagi masyarakat Kotawaringin Timur, mengandung banyak makna tersendiri. Termasuk juga mitos-mitos yang berkaitan dengan fenomena alam itu.
Di Kotawaringin Timur, ada anggapan saat gerhana, bulan atau matahari ditelan oleh makhluk supranatural. Masyarakat lokal menyebutnya dengan ”luak datu.” Ada juga yang mengharuskan membangunkan seluruh tanaman dan tumbuhan dengan memukul peralatan masak. Maksudnya agar membangunkan seluruh tumbuhan saat gerhana, agar hasil dan manfaatnya tidak diserap oleh gerhana.
”Memang kalau zaman dulu ada anggapan seperti itu. Katanya setiap ada gerhana matahari dan bulan, harus mengucapkan 'luak datu'. Itu tujuannya meminta untuk makhluk yang menelan bulan dan matahari, untuk mengeluarkannya kembali,” ungkap Samsudin.
Kendati demikian, hal semacam itu hanya mitos belaka. Pada momentum gerhana matahari 9 Maret ini, Kepala Kementerian Agama Kotawaringin Timur, mengimbau masyarakat khususnya umat muslim untuk melaksanakan salat sunah gerhana atau salat kusuf. (oes)