SAMPIT | PANGKALANBUN | PALANGKA | KOTAWARINGIN | METROPOLIS | BARITO | GUMAS | DPRD SERUYAN

PALANGKA

Jumat, 22 November 2019 15:40
Belasan Turis Jerman Ikuti Ritual Tiwah
ANTUSIAS: Para wisatawan asal Jerman saat mengikuti beberapa proses pada tahapan Ritual Tiwah Massal. (Istimewa/ Disbudpar Kalteng)

PALANGKA RAYA – Pelaksanaan Ritual Tiwah massal yang dilaksanakan di Desa Sigi Kecamatan Kahayan Tengah Kabupaten Pulang Pisau, menjadi magnet bagi  belasan wisatawan mancanegara asal Jerman. Pada pelaksanaannya kemarin, para pelancong tersebut antusias menyaksikan dan mengikuti ritual tersebut.

Mereka nampak turut serta pada dalam Tari Manganjan mengelilingi Sangkai Raya yang merupakan tempat anjung-anjung dan persembahan untuk Ranying Hatalla atau Sang Pencipta. Dengan dipandu masyarakat setempat, para turis ini tidak ragu mengikuti proses kegiatan tersebut dengan membaur bersama warga setempat.

”Tiwah massal yang merupakan ritual keagamaan ini menjadi daya tarik wisatan asing. Tentu ini menjadi kebanggaan karena secara tidak langsung kekhasan yang ada di Kalteng, agar dikenal masyarakat luar,” kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kalteng, Guntur Talajan,  yang turut mendampingi para turis tersebut.

Dipaparkannya pula, ritual  Tiwah merupakan upacara penyucian dan pengantaran roh leluhur ke alam surga bagi umat Hindu Kaharingan. Kgiatan ini pun telah masuk Calender of Event (CoE) Kementerian Pariwisata. Dengan demikian, kegiatan ini akan rutin dilaksanakan tiap tahun dan diharapkan menjadi daya tarik wisatawan dari luar daerah.

”Tahun 2018 lalu juga dilaksanakan di Palangka Raya, dan tahun ini di Pulang Pisau. Karena Tiwah massal ini masuk CoE, tentunya tahun depan akan dilaksanakan lagi,” tambah Guntur.

Ditambahkannya, Tiwah masal yang digelar di Desa Sigi tersebut dimulai pada November dan dijadwalkan selesai pada pertengahan Desember nanti. Melalui kegiatan ini diharapkan mampu menjaga dan melestarikan kebudayaan Dayak, serta mengenalkan peradaban kepercayaan Hindu Kaharingan kepada masyarakat luas.

Lebih lanjut Guntur menjelaskan,  Tiwah merupakan proses dikembalikannya roh orang yang sudah meninggal kepada Sang Pencipta  atau dikenal dengan dengan Ranying Hattala Langit. Tiwah sendiri merupakan upacara kematian tingkat terakhir, dimana kematian perlu disempurnakan dengan ritual lanjutan, agar roh dapat hidup tenteram.

”Selain memang merupakan upacara keagamaan yang harus didukung pemerintah, Tiwah ini kita harapkan menjadi daya tarik wisatawan. Tentunya apa yang menjadi ciri khas Kalteng harus didukung dan dikembangkan terus,” pungkasnya. (sho/gus)


BACA JUGA

Selasa, 08 September 2015 21:50

Ratusan PNS Masih Mangkir, Laporkan Harta Kekayaan

<p>SAMPIT &ndash; Sebanyak 240 Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau Aparatur Sipil Negara di lingkup…

Sitemap
  • HOME
  • HOT NEWS
  • NEWS UPDATE
  • KOLOM
  • RAGAM INFO
  • INSPIRASI
  • FEATURE
  • OLAHRAGA
  • EKONOMI
Find Us
Copyright © 2016 PT Duta Prokal Multimedia | Terverifikasi Dewan Pers