SAMPIT – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Kotawaringin Timur kembali menorehkan prestasi. Hal ini tak dipungkiri, berkat kerja keras Kepala DLH Kotim, Sanggul Lumban Gaol dan para staff-nya untuk menjadikan Kotim sebagai daerah ramah lingkungan hijau, bersih dan memiliki nilai estetik dan ekonomi.
Baru-baru ini, DLH Kotim telah berhasil membina beberapa sekolah negeri dan swasta yang ingin menuju Adiwiyata Kabupaten, Provinsi, Nasional dan Mandiri. Pada bulan Desember 2019 ini, DLH beserta tim sekolah binaanya telah berhasil meraih penghargaan Sekolah Adiwiyata Mandiri 2019 yang diberikan langsung oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia. Sanggul sebagai Kepala DLH Kabupaten Kotim mengaku sangat bangga terhadap sekolah-sekolah binaan DLH Kotim yang mau bekerja sama untuk sampai ke titik Adiwiyata Mandiri, ia juga terus memotivasi sekolah-sekolah lain agar lebih semangat untuk menjaga kelestarian lingkungan sekolahnya.
“Bagi sekolah-sekolah lain untuk terus memberikan yang terbaik dan tetap semangat, suatu saat nanti apa yang ingin dicapai pasti akan terwujud, yang sudah Adiwiyata Mandiri bisa meraih Adiwiyata ASEAN Eco School,” harapnya. Selasa (17/12).
Tak hanya itu saja, tanggal 15 Desember 2019 kemarin, DLH Kotim juga mengikuti event Sampit Ethnic Carnival (SEC) yang digelar di Taman Kota Sampit. SEC yang mengusung tema Jungle Fest atau tumbuhan dan hewan, Cultural Tradition atau tradisi budaya dan Authentic Betang House atau keaslian rumah Betang. Dimanfaatkan oleh DLH Kotim, untuk mempersiapkan kostum dengan mengolah limbah tak terpakai seperti botol-botol bekas minuman, tutup botolnya, bubble wrap dan bulu-bulu ayam. Yang akhirnya menghasilkan sebuah kostum unik dan indah.
“Kami berterimakasih pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kotim karena mengusung tema flora dan fauna khas Kalimantan Tengah. Sehingga kami selaku Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kotim bisa mengeksplor, rancangan kostum yang telah kami tampilkan sesuai dengan pemanfaatan daur ulang limbah sehingga memiliki nilai estetik, kebetulan dapat kejuaraan juga untuk kostum tersebut,” ungkap Sanggul.
Ia berharap event ini merambah pada tingkat masyarakat seperti RT, RW dan desa-desa, menurutnya untuk peduli lingkungan juga harus memberdayakan pemuda-pemudi dan masyarakat sekitar minimal di wilayah Kota Sampit. Gerakan masyarakat untuk peduli lingkungan dan membuat kostum unik dari limbah tak terpakai itulah yang paling penting. Meski event tersebut tak setiap bulan digelar.
“Partisipasi ini bukan hanya untuk pelajar, mahasiswa atau SOPD semata, tetapi masyarakat langsung terjun juga di event Sampit Ethnic Carnival. Lama-kelamaan masyarakat akan sadar akan pemanfaatan limbah yang ternyata punya nilai keindahan,” ujarnya.
Sedangkan pilot project dari DLH Kotim, yakni pemanfaatan pekarangan rumah dan peningkatan pendapatan ekonomi untuk kesejahteraan keluarga. Hal itu ditandai dengan program penyebaran bibit buah-buahan di seluruh pedesaan yang ada di Kotim ini. Ia menyebut bahwa program ini akan terus berlanjut, supaya masyarakat mau memanfaatkan pekarangan mereka. Bibit buah tersebut, saat ini berkisar 100 ribu jumlahnya dari berbagai macam buah-buahan.
“Tak hanya itu saja, harapannya suatu saat nanti lingkungan hijau oleh penanaman buah-buahan tersebut bisa jadi sentra pembibitan pohon. Program peningkatan kesejahteraan pendapatan keluarga itu yang paling penting. Setidaknya bantuan bibit buah ini, akan jadi peluang usaha. Tinggal bagaimana masyarakat merawatnya,” pungkas Sanggul. (SOC/RM-97).