SAMPIT –Seiring perkembangan gaya hidup, restoran sebagai bagian dari industri kuliner juga ikut berubah, restoran atau rumah makan bukan lagi sekadar tempat makan, namun sekaligus juga sebagai tempat hiburan. Hal ini sangat disadari oleh Zam’an, pengelola kampung kuliner Brenzeel 48 yang berada di pusat jantung Kota Sampit, Kalimantan Tengah. Tepatnya di jalan Gatot Subroto (Hutan Kota PT Inhutani III), Sampit. Ia tak hanya ingin menyediakan makanan berkualitas dan menggoda selera, pria yang dulunya merupakan seorang jurnalis ini, berkeinginan juga memberikan sesuatu yang baru sehingga tercipta pengalaman kuliner yang selalu membekas di hati para pelanggan Brenzeel 48.
“Ketika melihat lahan Inhutani yang tak terawat dan terlihat gelap di malam hari, bahkan terkadang ada oknum yang memanfaatkan untuk hal negatif. Timbullah keinginan saya untuk mengolah dan mengelola bagaimana suatu tempat yang belum terawat, jadi kampung kuliner yang menyediakan berbagai menu dan suasana berbeda,” ungkapnya. Kamis (2/1).
Hal itulah yang menyebabkan dirinya menampilkan Kampung Kuliner Brenzeel 48 sebagai rumah makan keluarga yang memiliki daya tarik dengan bentuk bangunannya yang sangat unik terbuat dari berbagai kayu-kayu alami khas hutan Kalimantan Tengah. Agar kokoh, setiap tiang dan antara tiang satu dengan tiang lain di paku atau diikat dengan tali, setiap sudut rumah makan didesain untuk tempat berswafoto dengan konsep kekinian.
“Apalagi posisi Brenzeel ini letaknya di jantung kota Sampit dan dekat sekali dengan Taman Kota Sampit. Selain itu, lokasinya cukup luas meski lahan parkirnya masih minim. Konsep dari kampung kuliner Brenzeel 48, yakni “Back To Nature”. Memanfaatkan kayu-kayu tak terpakai, bahkan untuk hiasan kami memanfaatka ranting-ranting kayu supaya lebih terlihat alami. Ternyata respon konsumen dengan konsep kampung kuliner alami seperti Brenzeel 48 ini sangat bagus. Mereka lebih menyukai yang seperti ini, karena bisa digunakan untuk foto selfi atau bersama keluarga dan teman,” jelas Zam’an.
Dalam mengelola kampung kuliner Brenzeel 48, Zam’an beserta timnya tak hanya fokus pada tempat saja, namun pada pengisi tenant kuliner yang merupakan pelaku usaha kecil dan menengah. Seiring menjamurnya bisnis kuliner nasional yang sudah masuk ke Sampit, ia tergerak untuk jadi fasilitator para pelaku UMKM di Sampit, supaya lebih berkembang. Ia juga mengajak pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Sampit, untuk membangun usaha secara bersama-sama. Ia yakin bahwa pelaku usaha kuliner yang ada di Kota Sampit tak akan kalah bersaing di dunia bisnis kuliner. Selain itu, Brenzeel 48 mampu menampung sekitar 500 pengunjung/pembeli dalam sehari. Brenzeel 48 pun membuka peluang apabila ada pihak luar yang ingin bekerja sama untuk menyediakan menu makan dan tempat. Misalnya untuk kegiatan rapat indoor dan outdoor, pameran, lomba, family gathering, atau wedding party yang ingin konsep outdoor dan natural.
“Kami berencana ingin memperluas lahan parkir, dan ingin membuka taman bermain bagi anak-anak, serta berencana membuka lahan untuk outbond. Supaya lahan Inhutani di depan lokasi kuliner Brenzeel 48 lebih berguna,” ujarnya.
Zam’an mengatakan, Brenzeel 48 juga merangkul seniman-seniman lokal di Sampit untuk unjuk bakat di Brenzeel 48. Untuk kedepannya ia ingin membangun Brenzeel 48 lebih show-up lagi.
“Setiap bulannya kami selalu melakukan rapat evaluasi dan diskusi untuk kemajuan bisnis kuliner di Brenzeel ini. Beberapa fasilitas yang bisa dinikmati pengunjung di Brenzeel 48 antara lain: aula untuk rapat, mushola, kamar mandi dan wifi area, serta tentu saja spot foto yang kekinian. Kuliner yang kami sediakan di sini juga kuliner khas Nusantara dan lokal Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah,” pungkas Zam’an. (SOC/RM-97).
