Hampir dua tahun Tansi Ringkin (83) menghilang dari Desa Sebabi, Kecamatan Telawang. Keluarga yang putus asa, sampai merelakan kepergian orang tua mereka itu. Mereka juga mengira Tansi telah meninggal dunia.
RADO, Sampit
Pesawat rute Jakarta-Sampit, mendarat mulus di Bandara Haji Asan Sampit, Sabtu pagi (10/1) lalu. Di antara sejumlah penumpang itu, seorang pria tua dengan ringkihnya turun dari pesawat.
Tansi Ringkin. Demikian pria berusia 83 tahun itu disapa. Dia bersama Kepala Desa Sebabi Dematius S Kupang dan warga Sebabi lainnya. Kedatangan mereka disambut hangat Parimus, anggota DPRD Kotim.
”Ceritanya panjang. Bapak Tansi ini kami jemput langsung di Jakarta, karena baru ketemu sekarang. Sudah dua tahun dia menghilang,” kata Dematius.
Tansi yang sudah renta mengalami gangguan pendengaran. Setelah lama menghilang, banyak yang menduga dia diculik dan dibunuh. Ada juga yang mengira dia sudah meninggal dunia, namun jasadnya tak diketemukan.
Paling ekstrim lagi, ada yang menduga orang tua itu direkrut jaringan teroris. Namun, tak disangka, dia rupanya ”terdampar” di Jakarta.
”Keluarganya sudah mengikhlaskan kepergiannya, karena diyakini beliau ini sudah meninggal dunia,” tutur Parimus.
Menurut Parimus, Tansi Ringkin ditemukan berkat dua warga Sebabi yang bertugas di Mabes Polri. Dua pemuda itu merupakan anak Parimus dan Dematius. Dengan berbagai akses dan jaringan yang dimiliki keduanya di Jakarta, mereka mendapat informasi keberadaan seorang warga Sampit yang ditempung di salah satu panti sosial.
Setelah mendapat informasi itu, mereka melakukan cek langsung ke lokasi. Ternyata pria itu adalah Tansi Ringkin.
Berdasarkan pengakuan yang bersangkutan, lanjut Parimus, Tansi Ringkin bisa sampai di Jakarta karena bantuan berbagai pihak. Padahal, saat itu kondisinya sudah renta dan mengalami gangguan pendengaran.
Tansi, lanjut Parimus, awalnya berjalan kaki dari Sebabi menuju Sampit. Kemudian mendapat tumpangan gratis. Setibanya di Sampit, dia melanjutkan perjalanannya hingga sampai ke Palangka Raya. Lagi-lagi dia mendapat tumpangan gratis. Selama di Palangka Raya, Tansi terkatung-katung.
”Lalu katanya dia mendapatkan tiket pesawat dan bisa berangkat ke Jakarta. Di Jakarta, dia terkatung-katung di Bandara Soekarno Hatta lalu ditemukan Dinas Sosial Jakarta. Hingga akhirnya ditampung di Panti Sosial,” ujar Parimus.
Sejak kehilangan itu, kata Parimus, keluarga Tansi Ringkin di Desa Sebabi diliputi kesedihan yang mendalam. Pencarian terhadap kerabat mereka sudah dilakukan dengan berbagai cara, hingga menggunakan cara-cara ritual. Karena gagal, akhirnya mereka menganggap orang tua mereka sudah meninggal dunia.
Sabtu lalu, Tansi Ringkin langsung diserahkan ke keluarganya di Desa Sebabi. Dia disambut bak raja. Tangis haru pecah menyambut kakek itu di kediamannya.
”Keluarganya cukup senang karena dia sudah bisa kembali dan berkumpul seperti sedia kala,” kata Dematius.
Menurut Dematius, saat keluarga Tansi Ringkin mendapat informasi orang tua mereka berada di Jakarta, mereka awalnya tak mampu memulangkan Tansi dan sempat putus asa. Namun, dengan dana pribadinya, akhirnya Tansi dijemput secara langsung ke Jakarta.
Dematius awalnya juga mengaku sudah menyampaikan persoalan itu ke Dinas Sosial Kotim. Namun, tak ada respons dari instansi tersebut. ”Karena responsnya tidak jelas, sementara dia adalah warga desa saya, saya putuskan dengan dana sendiri berangkat ke Jakarta. Syukurlah dia bisa kembali dengan selamat dan dalam kondisi sehat,” ujar Dematius. (***/ign)