SAMPIT – Isu terkait suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) berpotensi kian digoreng menjelang Pilkada Kotim. Pasalnya, intimidasi yang menyeret isu tersebut dinilai sebagai sesuatu yang wajar dalam dunia politik. Kondisi demikian juga membuka peluang memanasnya suhu politik di akar rumput.
Bupati Kotim Supian Hadi meminta bakal calon yang disasar dengan sentimen SARA tak cengeng, karena kondisi dunia politik memang begitu adanya. Strategi politik seperti itu juga dimainkan dalam pesta demokrasi di daerah lain.
”Hampir semua pilkada daerah lain memang begitu. Jadi, jangan cengeng. Saya sependapat dengan pernyataan Pak Supriadi. Saya sudah dua kali jadi bupati dan intimidasi itu terjadi. Namanya juga politik, ya jangan cengeng dong,” tegas Supian di sela menghadiri Musrenbang Kecamatan Baamang, Rabu (15/1).
Bakal calon wakil bupati Kotim Supriadi sebelumnya mengatakan, politik intimidasi merupakan hal yang lumrah dan biasa terjadi dalam dunia politik. Menurutnya, bakal calon yang merasa tersudutkan dengan permainan politik demikian masih cengeng.
Isu SARA memang kerap diembuskan dalam perhelatan pilkada hampir di semua daerah. Hal tersebut membuat suhu politik memanas, terutama di antara para pendukung pasangan calon. Kampanye hitam demikian kerap dilakukan di media sosial. Hal itu juga berpotensi membelah masyarakat.
Menurut Supian, tahapan pilkada masih jauh, sehingga tidak perlu ada hal yang diributkan. ”Ini belum apa-apa sudah cengeng. Itu jelas sudah tidak mampu,” kata dia.
Supian menceritakan pengalaman politiknya. Sejak awal mencalon penuh dengan intervensi dan intimidasi dengan berbagai isu. Namun, dia beranggapan hal itu bagian dari intrik politik, sehingga hadapi dengan cara politik juga.
”Saya diserang dua kali dan isu berbeda. Itulah dunia politik. Dunia yang penuh intrik dan kehati-hatian,” katanya.
Supian melanjutkan, orang-orang yang ”menyerang” secara politik tak dianggap sebagai musuh. Bahkan, dia anggap jadi bagian dari sahabat politik. ”Saya sudah mengalami hal seperti itu dua kali. Tapi, bagi saya, setelah pilkada selesai, itu teman saya,” katanya.
Di sisi lain, Supian juga mengimbau masyarakat lebih cerdas memilih pemimpin. Dia menekankan agar memilih calon yang memang bisa diandalkan dan dipercaya. Selain itu, menghindari calon yang selalu mengandalkan kemampuan materi dalam memenangkan kontestasi.
”Pilih orang yang dianggap dipercaya dan yang mampu, serta tidak mengandalkan sisi materi kekayaan,” ujarnya.
Supian menegaskan, apabila ada calon bupati yang beranggapan uang merupakan kekuatan utama dan segala-galanya, hal itu sudah menyimpang dari ajaran agama. ”Itu sudah tidak percaya dengan Tuhan dan kepada dirinya sendiri. Bagaimana mau memimpin jika tidak percaya kepada dirinya sendiri,” tegasnya.
Dia mengajak semua bakal calon melemparkan visi dan misi, sehingga masyarakat bisa menilai dan memilih. ”Terpenting jaga kamtibmas. Kondusifitas kita selama pilkada tergantung kontestan dan mereka harus bertanggung jawab pada keamanan dan ketertiban,” tandasnya.
Seperti diberitakan, persaingan tak sehat disinyalir mewarnai Pilkada Kotim. Diduga ada kelompok tertentu yang bermain kasar dengan melakukan intimidasi terhadap salah satu bakal calon. Kelompok itu hanya menawarkan dua pilihan, bergabung atau mengundurkan diri dari bursa pencalonan.
”Sudah ada mulai. Ada bakal calon yang berusaha dijatuhkan mentalnya. Dan itu benar,” kata bakal calon bupati Kotim Muhammad Arsyad, Senin (13/1).
Menurut Arsyad, kelompok itu bukan orang biasa. Di dalamnya ada sejumlah politikus ternama hingga orang-orang ”besar”. Parahnya, mereka menyeret isu SARA. Bakal calon tersebut dinilai tidak bisa mencalonkan diri karena terbentur SARA.
”Ini tidak main-main. Sudah menyeret ke ranah suku dan membawa-bawa nama sebuah kelompok,” ungkap Arsyad. (ang/yn/ign)