SAMPIT–Depo sampah yang dibangun oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kotawaringin Timur di sebelah SMP Negeri 3 Sampit sedang ramai diperbincangkan. Bau sampah menyeruak hingga ruang kelas siswa. Bahkan siswa harus menggunakan masker agar tetap bisa belajar. Terkadang siswa harus belajar di luar kelas mencari lokasi yang tidak terjangkau bau dari depo sampah.
Ketua Lentera Kartini yang merupakan organisasi perlindungan anak dan perempuan Hj Forisni Aprilista mengatakan, sebaiknya dari pihak sekolah didampingi dinas pendidikan duduk bersama dengan DLH untuk membicarakan masalah ini.
Ia berharap permasalahan ini segera diselesaikan dan jangan berlarut-larut terlalu lama. Hak anak untuk menuntut ilmu dengan suasana nyaman harus jadi prioritas. Anak-anak ini adalah aset bangsa yang harus dilindungi.
”Jika terus menerus ini berdampak kepada sekolah, kasihan anak-anak yang harus belajar dalam kondisi mencium bau sampah. Ini akan mengurangi konsentrasi belajar, sehingga bisa berdampak pada prestasi belajar siswa juga,” terangnya, Kamis (6/2).
Sebelum depo dibangun, kata Forisni, seharusnya pihak sekolah memberikan surat keberatan agar DLH mempertimbangkan pembangunan depo sampah. Jika depo sampah menuai kritikan dan permasalahan baru, artinya lokasi depo saat ini tidak ideal.
”Sebelum dibangunnya depo sampah mungkin DLH sudah ada menganalisanya, namun karena sudah terlanjur dibangun dan ada keluhan seperti ini, saya rasa pihak sekolah harus menyurati dinas pendidikan minta difasilitasi agar ada mediasi dengan DLH. Karena ini ranahnya sudah antar instansi pemerintahan, antardinas,” ujarnya. (dia/yit)