SAMPIT– Pelangsir bahan bakar minyak (BBM) di Kotim masih kerap beraksi. Bahkan, mereka difasilitasi langsung oleh Stasiun Bahan Bakar Umum (SPBU) dan dilakukan secara terang-terangan. Sejumlah pelangsir mengantre dengan membawa sejumlah jeriken berkapasitas 35 liter.
Situasi itu bisa dilihat di salah satu SPBU di kawasan Jalan Tjilik Riwut. Menurut Roni, warga yang kerap menyaksikan aksi pelangsir, aktivitas tersebut terkadang menganggu mereka yang ingin mengisi BBM. Sebab, pihaknya juga harus menunggu antre dari operator mengisi jeriken yang bisa mencapai 5-6 jeriken sekali mengisi.
”Pelangsir, kata siapa tidak ada? Bahkan, kini berani dan terang-terangan bawa pikap di SPBU itu," ujar Roni.
Dia menuturkan, aktivitas itu kerap dilakukan saat malam ketika pengawasan mulai lemah. Roni berharap pengawasan terhadap SPBU tetap dilakukan, meski kini ketersediaan BBM di Kotim tidak seperti beberapa tahun lalu yang sempat langka. ”Kalau aturannya tidak diizinkan melayani pelangsir, ya, harus dilaksanakan," katanya.
---------- SPLIT TEXT ----------
Sekadar diketahui, aksi pelangsiran di SPBU saat ini mulai berkurang dibanding sebelumnya. Hal itu disebabkan aktivitas di sektor pertambangan yang tutup total, dan harga BBM subsidi serta non-subsidi yang tidak jauh berbeda. Hal itu membuat keuntungan pelangsir jauh berkurang.
Peri, salah seorang yang pernah menjalani bisnis itu mengaku tak ingin lagi bekerja dengan melangsir BBM. Selain dihantui perasaan diburu aparat penegak hukum, untungnya juga mulai sedikit.
”Belum lagi risiko kecelakaan di jalan. Coba saja cek pelangsir yang pakai motor, mulai sedikit, bahkan tidak ada. Ini karena harga dan permintaan BBM di beberapa sektor mulai lesu. Dulu banyak yang mengepul sekarang perusahaan tidak lagi menerimanya,” ujarnya. (ang/ign)