SAMPIT | PANGKALANBUN | PALANGKA | KOTAWARINGIN | METROPOLIS | BARITO | GUMAS | DPRD SERUYAN

PANGKALANBUN

Jumat, 08 Mei 2020 11:49
Tugas Penuh Risiko Pengumpul Sampah

Was Was Masuki Kawasan Karantina Covid-19

PENUH RISIKO : Fahrizal saat mengambil sampah di lokasi isolasi terpadu Pemkab Lamandau.(RIA MEKAR/RADAR PANGKALAN BUN)

Pekerjaannya sering kali dipandang sebelah mata. Meski hanya sebagai petugas pengumpul sampah, pekerjaan ini menjadi sangat penting. Ditengah pandemi, pekerjaannya juga penuh risiko karen harus mengambil sampah di lingkungan yang terpapar virus corona. 

RIA MEKAR, Nanga Bulik 

Sejak pemerintah kabupaten menetapkan mess desa sebagai tempat karantina terpadu para ODP dan OTG Covid-19, pekerjaan Fahrizal tidak lagi bisa seperti biasa. Jika sebelumnya ia ikut keliling mengambili sampah di lingkungan perkotaan, kini yang bertanggungjawab mengurusi sampah lingkungan mess desa tersebut. 

Hanya dialah satu-satunya pekerja kebersihan di Lamandau yang berani masuk ke mess desa untuk mengambil sampah-sampah warga yang dikarantina. Berdasarkan informasi, pekerja persampahan yang lain tidak ada yang berani melakukan pekerjaan berisiko ini karena takut tertular. 

Setiap pagi ia harus masuk lingkungan komplek mess desa mengambil sampah dari rumah karantina warga tersebut. Dengan kendaraan dinas roda tiganya, lelaki yang menjabat sebagai pengawas pengangkut sampah ini mengumpulkan sampah infeksius dan membawanya ke lokasi pembakaran. 

"Mau bagaimana lagi, kalau tidak ada yang mengambil sampahnya, nanti malah menumpuk dan jadi sarang penyakit lain. Jadi saya memberanikan diri, inilah tanggungjawab pengawas," ungkapnya. 

Meski biasa saja menghadapi wabah ini, namun dalam hatinya terkadang terbersit rasa takut. Namun semua itu ia buang jauh demi tugas yang telah dibebankan di pundaknya. Untuk menjaga diri agar tidak tertular, ia menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) seadanya, menyemprot pembungkus sampah dengan disinfektan lalu membakarnya. 

"Tidak terlalu takut, biasa saja, tapi sampai rumah langsung mandi dan keramas. Karena di rumah juga ada mertua, istri dan anak-anak," bebernya. 

Untuk melindungi dirinya dari resiko paparan virus, ia sempat diberi APD dari tim gugus tugas. Namun baru dua hari ternyata sudah robek di bagian selangkangan hingga paha. Hingga akhirnya ia menggunakan jas hujan dan berlapis plastik. Tak jarang ia juga melapisinya lagi dengan lakban (plaster). 

Beruntung, beberapa hari lalu Paguyuban Keluarga Besar Sampit yang tinggal di Kabupaten Lamandau memberikan bantuan APD kepadanya. Dengan harapan bisa digunakannya selama bekerja sehingga dapat terhindar dari paparan virus. 

"Karena kita menyadari meskipun seringkali dipandang sebelah mata, namun peranannya begitu besar untuk memutus mata rantai penyebaran virus. Kita juga menghargai keberaniannya," ungkap Apex, salah satu anggota Paguyuban Keluarga Besar Sampit. 

Diketahui saat ini dari 18 rumah yang disiapkan sebagai tempat karantina, sudah ada 11 rumah yang ditempati. Dengan total penghuni lebih dari 40 orang. Mereka terdiri atas para santri Temboro hingga keluarga pasien PDP dan keluarga serta warga yang kontak erat dengan pasien positif Covid -19.(sla) 

 


BACA JUGA

Selasa, 08 September 2015 21:10

57 Jamaah Calon Haji Diberangkatkan

<p>PANGKALAN BUN- Sebanyak 57 orang Jamaah Calon Haji (JCH) asal Kabupaten Kotawaringin Barat…
Sitemap
  • HOME
  • HOT NEWS
  • NEWS UPDATE
  • KOLOM
  • RAGAM INFO
  • INSPIRASI
  • FEATURE
  • OLAHRAGA
  • EKONOMI
Find Us
Copyright © 2016 PT Duta Prokal Multimedia | Terverifikasi Dewan Pers