SAMPIT - Tenaga medis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Murjani Sampit tak perlu mengkhawatirkan ketersediaan alat pelindung diri (APD). Saat ini stok APD mencapai 2.000 sehingga cukup untuk 150 hari ke depan. Masalah yang perlu dikhawatirkan justru saat pelepasan APD oleh tenaga medis.
”Pelepasan APD harus benar-benar diperhatikan karena pada tahapan inilah transmisi virus rentan terjadi. Bukan pada saat pemasangan APD, tetapi pada pelepasannya. Kalau tidak hati-hati dan berurutan saat melepasnya, maka akan berpotensi terjadi penularan terhadap tenaga medis,” ujar Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kotim ujar dr Ikhwan Setiabudi.
Menjaga kewaspadaan diri selama penanganan Covid-19 menjadi hal yang harus diperhatikan khususnya bagi para tenaga medis. Setiap APD wajib digunakan sesuai dengan level tugasnya, baik di ruang praktik mandiri, rumah sakit, dan puskesmas.
Selain itu, gerakan cuci tangan menggunakan sabun jangan dianggap remeh. Ini wajib ditaati oleh tenaga medis selama bertugas ataupun tak sedang bertugas.
”Intinya penularan penyakit (virus korona) dapat terjadi dimanapun dan kapanpun sehingga budaya cuci tangan menggunakan sabun sangat penting dilakukan secara rutin. Karena cuci tangan pakai sabun paling efektif membersihkan kuman dan bakteri yang berada di tangan kita,” ujarnya.
Penggunaan cairan antiseptic atau hand sanitizer memang cukup membantu dalam menangkal kuman dan sumber penyakit, tetapi itu maksimal hanya lima kali. Setelah itu tetap dianjurkan mencuci tangan pakai sabun dengan air yang mengalir.
Di samping itu, setiap dokter yang membuka praktik juga dianjurkan untuk membatasi jam buka pelayanan. ”Sebagai upaya perlindungan dan pencegahan Covid-19 bagi para dokter, kami sarankan agar mereka dapat mengurangi jam buka pelayanan praktik untuk menghindari pertemuan atau kontak langsung dengan banyak orang,” ujarnya.
Lebih lanjut Ikhwan mengatakan, selama masa pandemi Covid-19 seluruh anggota IDI yang berjumlah sebanyak 150 orang yang terdiri dari dokter umum sebanyak 110 orang dan dokter spesialis sebanyak 40 orang telah melakukan rapid test yang difasilitasi oleh Pemkab Kotim melalui Tim Gugus Tugas Covid-19 Kotim.
“Pemeriksaan rapid test sudah kita lakukan untuk semua anggota IDI baik tenaga medis yang PNS maupun tenaga kontrak. Tetapi sekitar 30-an dokter non-PNS dan dokter yang membuka praktik mandiri saja yang belum melakukan rapid test,” ujarnya.
Dirinya menganjurkan bagi dokter yang belum melakukan pemeriksaan rapid test dapat mengajukan diri agar dilakukan pemeriksaan. “Kami sarankan bagi teman-teman dokter yang belum rapid test bisa mengajukan diri untuk dilakukan rapid test,” ujarnya.
Sementara itu Plt Direktur RSUD dr Murjani Sampit dr Febby Yudha Herlambang mengatakan, pihaknya tak henti memberikan sosialisasi penanganan Covid-19 sesuai dengan standar operasional prosedur kepada tenaga medis yang bertugas. Hal tersebut dilakukan salah satunya dengan menyediakan alat pelacak berupa thermo scan yang diperuntukkan khusus bagi tenaga medis selama bertugas.
”Seluruh tenaga medis patuh terhadap standar operasional prosedur, seperti penggunaan APD. Mereka semua sadar bahwa ini penting digunakan. Kalau tidak, ini akan membahayakan kesehatan tenaga medis itu sendiri,” ujarnya.
Yudha menjelaskan, penggunaan APD lengkap dilakukan berdasarkan level tugas. Setiap tenaga medis yang bertugas di level 1 di ruang poli umum, maka APD yang digunakan diantaranya penutup kepala, masker sugikal, handscoon (sarung tangan medis), baju kerja dan alas kaki.
Sedangkan tenaga medis yang bertugas pada level 2 yakni di ruang isolasi termasuk ruang isolasi ICU (Intensive Care Unit) wajib mengenakan penutup kepala, kacamata google atau kacamata pelindung, masker N-95, handscoon, apron atau gaun medis dan alas kaki.
Bagi tenaga medis yang bertugas pada level tiga, yakni melakukan tindakan operasi atau otopsi pada pasien suspek atau yang sudah terkonfirmasi positif, dan untuk pengambilan specimen saluran nafas untuk pemeriksaan pasien positif Covid, wajib mengenakan baju pelindung lengkap (hazmat) atau coverall jump suits dan penggunaan sepatu boots.
“Semua tenaga medis disiapkan APD tetapi penggunaannya sesuai dengan level tugasnya dan yang paling penting pada level 2 dan 3 pakaian pelindung hazmat ini wajib mereka gunakan selama bertugas menangani pasien,” ujarnya.
Lebih lanjut Yudha mengatakan, selama penanganan Covid-19 hingga kini seluruh tenaga medis yang berada di garda depan dalam keadaan sehat. Sempat ada 12 tenaga medis yang dikarantina, tetapi semua dinyatakan negatif Covid-19.
Jika dalam penanganan pasien Covid-19 ke depannya ditemukan ada tenaga medis yang diharuskan dilakukan isolasi, pihaknya telah menyiapkan ruang khusus yang difungsikan sebagai ruang isolasi.
”Ruang isolasi khusus sudah kami persiapkan di Ruang Teratai. Hal ini untuk berjaga-jaga jika sewaktu-waktu ada tenaga medis yang memang diharuskan dilakukan isolasi,” ujarnya.
Selain itu, demi mencegah indikasi adanya penularan terhadap keluarga dan orang terdekat maka selama penanganan Covid-19 setiap tenaga medis tidak disarankan untuk pulang.
”Ruang penunjang di lantai II dijadikan sebagai tempat beristirahat dan menginap bagi para tenaga medis yang bertugas,” ujarnya.
Yudha menambahkan untuk menyiasati dampak pelayanan yang terjadi apabila ke depannya ada tenaga medis yang harus diisolasi, maka pihaknya akan bersiap untuk meminta bantuan tenaga medis dari puskesmas.
”Saat ini jumlah perawat dari semula 12 tambah 18 dan sekarang tambah lagi menjadi 20 perawat,” tandasnya. (hgn/yit)