SAMPIT – Pemadaman listrik bergilir di Kota Sampit dan sekitarnya belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. PLN selaku sumber setrum utama dituding tak menggubris saran dari DPRD Kotim yang dipasok sejak tahun lalu. Celakanya, pemadaman kali ini dinilai mengganggu persiapan pelajar menghadapi ujian nasional.
Seperti yang dituturkan Ketua Presidium Peduli Kotim Suhartono Firdaus kemarin, pemadaman sudah masuk kategori parah. Masyarakat terganggu. Industri rumahan milik warga yang mengandalkan listrik PLN menjadi korban.
Belum lagi berbicara sektor pendidikan. Anak-anak sekolah yang sedang bersiap menghadapi ujian nasional pasti sangat terganggu dengan seringnya pemadaman listrik bergilir kali ini. Apalagi belum ada jaminan saat pelaksanaan ujian nasional nanti krisis listrik sudah teratasi.
”Kami menganggap pemadaman sudah sangat parah, apalagi banyak keluhan masyarakat tentang kerusakan alat rumah tangga,” ujar Suhartono Firdaus, Senin (28/3).
Ya, aksi keprihatian sudah mulai tampak. Kemarin sore, warga yang tergabung dalam Presidium Peduli Kotim menggelar aksi simpatik di Jalan A Yani. Mereka membagi-bagikan lilin kepada pengguna jalan.
Selain aksi di jalan, Presidium Peduli Kotim juga bakal mengaju rapat dengar pendapat dengan DPRD Kotim, PLN, serta instansi terkait. Mereka berharap krisis listrik tak terus berulang. Sebab, Kotim sudah menggeliat dari segi ekonomi. Namun sayang aktivitas masyarakat tidak didukung pasokan listrik yang cukup.
Krisis listrik sudah barang tentu menghambat pembangunan daerah. Dengan tidak tersedianya daya listrik yang cukup dari PLN, akan menggangu investor yang ingin berinvestasi.
”Aksi ini sangat bagus, selain kritik untuk PLN suara kami tersampaikan. Semoga dengan adanya ini tidak ada lagi pemadaman listrik yang membabi buta,” ujar Indra, warga yang menyaksikan aksi. (ang/rm74/dwi)