SAMPIT – Dunia pendidikan di pedalaman Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) masih memprihatinkan. Anak-anak di beberapa desa harus putus sekolah dengan berbagai alasan. Selain karena ketidakmampuan ekonomi keluarga untuk menyekolahkan anak mereka, tak ada sekolah juga membuat memupus hak mereka mendapatkan pendidikan.
Ada beberapa desa wilayah utara Kotim yang belum memiliki SD, seperti Desa Tumbang Gagu, Kecamatan Antang Kalang. Desa yang terbagi empat RT ini, terpisahkan sungai. Dua RT berada di wilayah utama Tumbang Gagu, dua RT lainnya berada di Jembatan Kalang. Harus menempuh perjalanan sungai satu jam untuk sampai di Jembatan Kalang.
”Administrasi empat RT ini masuk dalam satu desa, dengan jumlah kepala keluarga (KK) berjumlah 160 KK,” kata Kepala Desa Tumbang Gagu Timbang.
Warga di Tumbang Gagu terdiri dari RT 1 sebanyak 25 KK, RT 2 sebanyak 42 KK, RT 3 sebanyak 47 KK, dan RT 4 sebanyak 30 KK. RT 3 dan 4 berada di Jembatan Kalang. Wilayah itu berada di ujung Kotim, berbatasan langsung dengan Kabupaten Katingan. Di Jembatan Kalang inilah tak ada gedung SD.
”Saat ini sekolahnya masih dalam proses pembangunan. Sebab, untuk jumlah penduduk pada dasarnya lebih banyak di Jembatan Kalang dibanding di Tumbang Gagu, sehingga saat ini pemerintah desa berupaya membangun SD di sini,” tutur Timbang, di kediamannya, Jembatan Kalang.
Anak-anak di Jembatan Kalang sebagian tidak bersekolah. Orang tua yang ingin menyekolahkan anak mereka, terpaksa harus pindah ke desa tetangga. Ada yang rela pulang pergi setiap hari, ada pula yang rela menitipkan anaknya kepada saudara mereka di desa tetangga.
”Anak saya umur sepuluh tahun. Karena ingin sekolah, terpaksa saya titipkan di tempat keluarga di desa tetangga. Sedih masih kecil sudah harus berpisah, tapi mau bagaimana. Di sini tidak ada sekolah dan saya ingin anak saya memiliki pendidikan yang baik,” kata sorang ibu yang ditemui Radar Sampit di Jembatan Kalang.
Bagi orang tua yang tidak ingin berpisah dengan anaknya, terpaksa tidak sekolah. Apalagi jika tidak mampu, harus setiap hari bolak-balik menempuh perjalanan dua jam untuk mengantar anak sekolah. Belum lagi biaya bahan bakar minyak (BBM) yang mencapai Rp 15 ribu per liter, membuat orang tua tak mampu berbuat banyak.
Bupati Kotim Supian Hadi saat berada di Desa Tumbang Gagu meminta kepala desa untuk segera berkoordinasi dengan kecamatan dan Dinas Pendidikan untuk teknis pembangunan SD di Jembatan Kalang. Pemkab siap untuk melengkapi tenaga pendidiknya. Apabila ada warga dari Desa Tumbang Gagu ingin jadi guru kontrak, akan diprioritaskan.
”Saya harap segara dapat terbangun SD di Jembatan Kalang, karena jika dihitung KK, lebih banyak warga di Jembatan Kalang daripada di Tumbang Gagu. Saya akan menyetujui pembangunan SD di Jembatan Kalang, agar ke depan tidak ada lagi anak yang tidak bersekolah,” tandasnya. (dc/ign)