SAMPIT - Selain sorotan terhadap biaya sewa stan dan lokasi Sampit Expo, sejumlah kalangan menyoroti jalan masuk ke lokasi itu yang menelan dana sekitar Rp 4,9 miliar. Proyek jalan itu dikritisi karena kondisi aspalnya sudah mulai rusak. Padahal, baru beberapa bulan selesai dikerjakan.
”Aspal banyak yang bledding dan terjadi segregasi. Jalan rigidnya kualitas rendah dan sudah banyak pecah di mana-mana, padahal baru hitungan beberapa bulan,” kata Suhartono Firdaus melalui akun Facebook-nya. Menurutnya, pengaspalan jalan itu menggunakan APBD sebesar Rp 4,9 miliar.
Sementara itu, aktivis di Kotim, M Agung, menyesalkan kondisi proyek yang menelan dana besar itu sudah mulai rusak. ”Aparat terkait harus memperhatikan masalah ini,” tegasnya.
Dia mengatakan, jangan sampai proyek pemerintah kontruksinya tidak sesuai dengan biaya yang sudah dikeluarkan. ”Masyarakat tentunya sangat berharap pembangunan jalan yang dibuat bisa tahan lama,” tuturnya.
Pria yang berlatar belakang pendidikan hukum ini mendesak aparat penegak hukum turun tangan mengecek proyek tersebut. Apalagi jika merasa ada yang janggal dan sudah menuai banyak keluhan dari masyarakat.
”Apalagi proyek itu baru. Kalau sudah mulai rusak, perlu aparat turun tangan dan itu guna menjawab keluhan warga juga. Orang teknis bisa saja melihat apakah itu sesuai atau tidak dengan dana sebesar itu,” pungkas Agung.
Anggota DPRD Kotim Agus Serunyatara membenarkan dana untuk pembangunan jalan di muara Wengga Metropolitan menggunakan APBD Kotim. Jalan itu merupakan kewenangan Pemkab Kotim dan usianya sudah melebihi 10 tahun.
”Karena sudah lama dan lebih dari sepuluh tahun, maka pemerintah daerah berhak membangunnya dan yang dibangun itu pun jalan muara saja,” ujar Agus. (co/ang/ign)