Sedimentasi dan sampah mendominasi sumbatan saluran induk dan sekunder di Kota Pangkalan Bun, Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar). hal ini diyakini menjadi biang utama banjir pada musim penghujan.
Perilaku masyarakat yang masih membuang sampah sembarangan dan tingginya tingkat sedimentasi membuat Satgas Bidang Sumber Daya Air Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) kewalahan dalam penanganan sumbatan saluran.
Kepala Dinas PUPR Kotawaringin Barat Juni Gultom mengatakan, saluran induk dan saluran sekunder yang ada di dalam kota Pangkalan Bun terus dilakukan pemeliharaan dengan normalisasi.
“Kita upayakan program nol sumbatan baik saluran induk maupun sekunder dapat tertangani semua, sehingga Kota Pangkalan Bun kedepannya akan bebas dari banjir,” ujarnya, Senin (2/8).
Sementara itu, Kabid SDA PUPR Kobar, Nety Juniarti Nengsih menyampaikan untuk total panjang saluran baik saluran induk maupun sekunder di Kota Pangkalan Bun sepanjang 53 kilometer. Dari total panjang saluran tersebut yang sudah dilakukan pemeliharaan secara berkala melalui Tim satgas SDA sepanjang 13,2 kilometer. “Dalam menangani sumbatan kita ada mengalami kendala di lapangan khususnya kendala tenaga satgas,sehingga perlu dilakukan penambahan untuk pemeliharaan saluran sepanjang 53 kilometer,” imbuhnya.
Selain itu, tingginya tingkat sedimentasi dan banyaknya sampah menjadi kendala lainnya, karena belum dua bulan ditangani Satgas SDA harus kembali membersihkan di tempat tersebut. Ia menyebut ada beberapa fokus satgas SDA dalam normalisasi sumbatan, yaitu di daerah jembatan prima tepatnya di depan Gracia komputer, saluran induk di Jalan Iskandar (Bu Sam), dan saluran induk di fepan rumah makan Ayayan.
“Diperlukan kerjasama dalam dalam menanggulanginya, terutama kepada masyarakat untuk tidak membuang sampah pada saluran dan sungai dalam kota,” pungkasnya. (tyo/sla)