SAMPIT – Forum Anak Daerah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) menggelar aksi penandatanganan massal dengan mengikut sertakan para pengunjung di stadion 29 Nopember, Minggu (31/7) pagi kemarin. Kegiatan ini dalam rangka menarik dukungan dan simpati masyarakat agar turut berpartisipasi dalam pencanangan kota Sampit sebagai kota layak anak, dan Kotim sebagai kabupaten layak anak. Sekaligus kegiatan ini untuk memeringati hari anak yang jatuh pada 23 Juli lalu.
Ketua forum anak Kotim Resandi Fahrul mengatakan, melalui kegiatan tersebut pihaknya juga sangat berharap ada dukungan dari Pemkab Kotim, terutama segera mewujudkan kota Sampit menjadi kota layak anak.
Menanggapi tindakan kekerasan di Kotim yang semakin tahun semakin meningkat, ia mewakili seluruh anggota forum anak mengaku sangat prihatin. Apalagi kekerasan seperti ini justru seringkali dilakukan oleh orang-orang terdekat anak, seperti orang tua, guru, atau teman sebayanya.
Dengan dicanangkannya kota Sampit sebagai kota layak anak diharapkan stop kekerasan terhadap anak yang sejak lama digaungkan oleh pemerintah bisa benar-benar tercapai. Tidak ada lagi kasus kekerasan, kasus pelecehan seksual, dan kekerasan verbal maupun non-verbal terhadap anak. Hak-hak anak harus menjadi salah satu prioritas.
”Kami mengucapkan terima kasih kepada pemerintah daerah karena telah meresmikan peraturan daerah tentang perlindungan anak. Kami berharap kedepannya pemerintah bisa mempertegas hukum terhadap orang-orang yang melakukan kekerasan terhadap anak,” imbuhnya.
Resandi melanjutkan, untuk menjadi kota layak anak ada 4 hak dasar anak yang harus dipenuhi, antara lain hak hidup, hak tumbuh kembang, hak perlindungan dan hak partisipasi. Dan banyak indikator yang menjadi penilaian agar suatu kota bisa dikatakan layak anak, salah satunya menyediakan tempat-tempa layak anak. Contohnya taman bermain ramah anak, sekolah ramah anak, dan tempat terpadu ramah anak.
---------- SPLIT TEXT ----------
Resandi juga berharap pemerintah bisa membantu pewujudan kota Sampit sebagai kota layak anak dengan membangun fasilitas-fasilitas layak anak tersebut.
”Kalau menyangkut tindakan-tindakan menyimpang yang dilakukan oleh anak, misalnya ngelem, menurut saya itu semua tergantung didikan dari lingkungan keluarganya. Terutama orangtua yang sangat berperan dalam mendidik dan menanamkan nilai moral, keagamaan, dan sopan santun kepada anak. Kalau semua itu diajarkan dengan baik saya rasa anak-anak juga akan sadar dan tidak melakukan tindakan tidak terpuji seperti itu,” pungkasnya.
Sedikitnya 200 peserta yang ikut berpartisipasi pada kegiatan tersebut. Bukan hanya anak-anak, tapi orang dewasa juga turut serta menanda tangani spanduk sebagai simbol dukungan mereka dalam pencanangan kota Sampit sebagai kota layak anak.
”Senang aja ikut kegiatan sosial seperti ini. sebagai anak Kotim saya merasa perlu juga untuk berpartisipasi,” cetus Yusuf Setiadi, salah seorang peserta. (vit/gus)