SAMPIT – Penjualan hewan kurban tahun ini menurun drastis. Akibatnya, sejumlah pedagang banyak merugi hingga puluhan juta rupiah lantaran sepi pembeli.
”Ini namanya bukan rugi lagi, puluhan juta melayang,” kata Mahfud, penjual sapi di Jalan Tatar, Sampit (14/9).
Mahfud menuturkan, penjualan menurun drastis. Kebanyakan pelanggan hanya membeli sedikit, hanya 1 ekora. Padahal, biasanya bisa sampai 7 ekor. Dari 62 ekor hewan yang disiapkan untuk Idul Adha, sebanyak 12 ekor tidak terjual. Padahal, tahun sebelumnya dia bisa menjual sampai 80 ekor sapi.
Harga sapi dibanderol dari Rp 12 – Rp 20 juta. Saking sepinya, Mahfud hanya untung satu persen dari penjualan setiap sapi. Sementara ini, sisa sapi dirawat di kandang. Mahfud enggan menjual pada pedagang sapi kiloan karena harga jual hanya 50 persen dari modal awal, sehingga kerugian bisa berlipat ganda.
Anjloknya penjualan diduga karena perekonomian yang tidak stabil. Imbasnya terhadap daya beli masyarakat. Kebanyakan beralih membeli kambing yang harganya Rp 2 – Rp 3,2 juta. Tahun ini Mahfud mampu menghabis 58 stok kambing di kandang ternaknya, meskipun sempat merugi lantaran 12 kambingnya mati.
”Mati karena gelombang. Sampai di sini kena penyakit empedu membesar. Selain sapi sepi, kambing mati, tambah rugi,” ujarnya.
Ari, penjual hewan kurban lain senasib dengan Mahfud. Peningkatan penjualan justru pada kambing. Ari menjual 200 ekor kambing sampai tak tersisa di kandangnya. Bahkan, warga mencari kambing hingga malam hari raya. Padahal, biasanya sapi selalu menjadi primadona saat kurban.
”Orang mau kurban sapi, tapi duitnya gak cukup, jadi beralih ke kambing. Kurang malah kambingnya,” katanya.
Untuk sapi, sebanyak 50 ekor terjual, padahal tahun lalu mencapai 70 ekor. ”Pembeli hanya pelanggan tetap saja,” tandasnya. (ara/ign)