SAMPIT- MESKI tergolong jenis kendaraan tua, vespa tak kehilangan penggemarnya. Mereka yang gemar dengan sepeda motor legenda ini, kemudian bersatu di bawah naungan komunitas yang diberi nama Mentaya Scooter Club (MSC).
SERA DIYA, Sampit
Dibandingkan komunitas lainnya, MSC berumur cukup tua. Terbentuk sekitar tahun 90-an, grup ini tetap eksis hingga sekarang di Kota Sampit. Meskipun cukup banyak jenis dan merek kendaraan lain bermunculan, anggota MSC tetap setia dengan kendaraannya, vespa.
Ketua MSC Sampit Gunawan menuturkan, dirinya tertarik dengan vespa sejak kecil. Ketertarikannya tak luntur meski dia beranjak dewasa. Alasannya simpel, karena dibandingkan kendaraan lain, vespa kedaraan unik. Dari segi umur, tergolong antik.
”Kenapa vespa? Karena kendaraan satu ini memang unik. Dari pertama diproduksi di tahun 40-an dan bertahan sampai sekarang itu karena keunikan dan ketahanan mesinnya,” ucapnya.
Desain unik vespa terus dipertahankan, yakni kemudi dan lampu sorot yang dibuat menyatu dan bagian belakang yang membulat. Ciri khas itu tetap melekat pada seri produk vespa berikutnya. Bahkan hingga sekarang.
Meskipun memiliki desain mirip motor matic, menurut Gunawan, ada banyak perbedaan antara keduanya. Misalnya, rem matic di kemudi tangan, sementara vespa di kaki. Selain itu, jika terjadi kerusakan mesin, vespa lebih mudah diperbaiki dibanding motor biasa.
Dari segi mesin, vespa termasuk kendaraan tahan banting. Kesederhanaan mekanisme mesinnya pun membuat orang tak perlu waktu lama untuk memahami cara kerjanya. Tarikan yang kuat dan spontan juga jadi kelebihan mesinnya. Dengan sistem transmisi roda gigi tanpa perantara rantai, vespa memiliki tenaga besar sehingga memiliki daya tanjak yang kuat. Kelebihan yang hampir tersembunyi di balik umur tuanya.
Kelebihan lainnya, ujar Gunawan, adalah justru karena keantikannya. Bahkan, karena itu pula vespa dihargai cukup tinggi di pasaran. Semakin tua usia vespa, semakin tinggi harganya. Contohnya, vespa keluaran Piaggio buatan tahun 1960-an. Harganya bisa mencapai Rp 20 juta.
”Ada juga yang keluaran Douglass, pemiliknya ada di Banjarmasin. Itu ditawar hingga sekitar Rp 200-an juta. Tapi tidak dijual oleh pemiliknya karena memang jenis langka,” ujarnya.
Vespa sebenarnya merupakan merek kendaraan dengan Piaggio sebagai perusahaan induknya. Hanya saja, merek ini memiliki seri dan tipe bermacam-macam, seperti Douglass, Ndog, Excel, Bajaj, dan lainnya. Di antara jenis dan tipe vespa, yang paling banyak menjadi incaran kolektor dan penghobi vespa adalah Ndog. Itu karena kelangkaannya. Sementara yang paling digandrungi untuk dikendarai adalah jenis PTS.
Vespa memasuki Indonesia pada tahun 1960-an dan menjadi tren di tanah air pada era tersebut. Musababnya, Pemerintah Indonesia saat itu memberikan penghargaan terhadap ‘Vespa Congo’ karena bertindak sebagai pasukan penjaga perdamaian yang bertugas di Congo.
Sekarang, lanjutnya, peminat vespa terdiri dari berbagai kalangan. Bukan hanya orang dewasa, tetapi juga pelajar. Begitu pula di Sampit. Mereka berkumpul dalam keanggotaan MSC. Penasihat grup itu dijabat Kepala Satuan Lalu Lintas (Kasatlantas) Kotim yang juga penggemar vespa.
”Memang pada dasarnya MSC dibentuk bertujuan untuk mendekatkan dengan penghobi vespa. Pokoknya, sama-sama menjalin keakraban dan mencari teman lah,” tuturnya.
Hingga kini, anggota MSC sudah mencapai sekitar 75 anggota dari Sampit dan daerah lain. Seminggu sekali mereka berkumpul atau saat liburan, saling berbagi cerita. Hal yang membuat grup menarik dan tetap eksis, menurut Gunawan, adalah rasa kekeluargaan dan solidaritas anggotanya.
Selain agenda rutin, mereka setiap tahunnya selalu mengadakan berbagai acara amal dan bakti sosial pada warga Sampit. Misalnya, saat perayaan ulang tahun MSC tahun lalu, menggelar acara sunatan massal. Kemudian, saat Ramadan bagi-bagi takjil pada pengendara motor di Sampit.
”Pokoknya bagi-bagi berkah dengan sesama,” pungkasnya. (***/ign)