SAMPIT – Ini semestinya menjadi perhatian serius bagi Pemkab Kotim melalui dinas terkaitnya. Sebab, sudah bertahun-tahun nelayan di kecamatan wilayah selatan alat tangkap ikan yang digunakan masih tergolong sederhana. Hal itu juga bisa menyebabkan konflik dengan nelayan luar yang menggunakan alat tangkap lebih canggih.
“Teknologi digunakan nelayan yang datang dari luar daerah cenderung lebih canggih dan dapat menghasilkan tangkapan ikan lebih banyak, sementara nelayan lokal masih menggunakan peralatan sederhana, seperti jala ikan, yang hasilnya tidak seberapa,” ungkap Suhairi, Kepala Bidang Pengawasan dan Pengendalian, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kotim, Jumat (11/11).
Meski begitu, menurutnya, kecemburuan nelayan lokal terhadap teknologi yang digunakan nelayan pendatang adalah hal wajar. Karena jika dilihat dari segi ekonomi, nelayan lokal didaerah ini juga tidak begitu bagus. Merupakan tugas pemerintah untuk menangani hal seperti ini, yakni dengan memperkuat nelayan lokal dengan bantuan peralatan yang lebih berkualitas.
Ia menambahkan, pihaknya sedang menyusun laporan dan permohonan kepada pemerintah provinsi untuk pengadaan bantuan peralatan bagi para nelayan di daerah ini. Agar nelayan lokal tidak terus kalah saing dengan nelayan dari daerah lain
Sementara itu, Kasi Pengawasan dan Pengendalian Muksi Jaelani menuturkan, para nelayan sudah bisa tenang untuk melaut karena selama dua hari petugas telah melakukan pemeriksaan di lautan tidak ada lagi menemukan nelayan ilegal.
”Kami juga sudah berbincang dengan nelayan. Informasi terbaru, nelayan yang disebut ilegal kini sudah tidak lagi melaut, bahkan sekarang tidak ada lagi tinggal di Desa Kalap Kecamatan Teluk Sampit,” ucapnya. (vit/mir/fin)