PANGKALAN BUN - Tingginya harga cabai rawit merah di pasaran yang menembus angka Rp 75 ribu per kilogram disikapi oleh Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Kobar dengan mengembangkan tanaman cabai merah lokal, seluas 40 hektare.
Kepala Distanak Kobar Rosihan Pribadi menjelaskan, selama ini Kabupaten Kobar belum bisa mandiri untuk komoditas cabai rawit merah karena masih mendatangkan dari pulau Jawa. Untuk itu pihaknya saat ini berusaha mengurangi kebutuhan cabai rawit merah dari luar Kobar, dengan cara mengembangkan cabai lokal.
"Supaya mengerem inflasi dan mengurangi kebutuhan cabai dari luar Pangkalan Bun, karena selama ini cabai merupakan penyumbang laju inflasi di Kalteng," ujarnya, Senin (14/11).
Rosihan menerangkan, 40 hektare lahan cabai rawit merah tersebut berada di Desa Teluk Bogam, Desa Kubu, Kelurahan Candi, Kecamatan Kumai. Kemudian di Desa Pasir Panjang, Kelurahan Mendawai, Kelurahan Madurejo, Desa Kumpai Batu Bawah dan Desa Natai Raya, Kecamatan Arut Selatan. Dan juga di Desa Kadipi Atas, Pangkalan Tiga, Sumber Agung dan Purbasari, Kecamatan Pangkalan Lada. Di Kecamatan Pangkalan Banteng bertempat di Desa Karang Mulya dan Kecamatan Kotawaringin Lama di Desa Palih Baru.
"Kendala kita saat ini kelembapan yang tinggi, karena curah hujan cukup tinggi akhir-akhir ini," tukasnya.
Dilanjutkan Rosihan, satu batang cabai rawit memerlukan Rp 5 ribu untuk perawatan dari bibit hingga panen. Dan dalam satu hektare ada sekitar 16 ribu batang pohon cabai rawit merah, sehingga dana total dalam perawatan cabai satu hektarenya sebesar Rp 80 juta."Untuk cabai merah kita sudah ada demplot yang cocok di daerah kita. Tahun 2017 mendatang ada 50 hektare tanaman cabai dan 50 hektare penanaman bawang merah dari APBN provinsi," tambahnya.
Rosihan juga menambahkan, diperkirakan cabai rawit merah lokal ini akan panen pada bulan Januari/Februari tahun 2017, tergantung dari pemeliharaannya, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit. Kemudian prediksi kapasitas produksi antara 4 hingga 5 ton perhektare, tergantung situasi dan kondisi iklim di Kobar.
"Karena cabai merupakan penyumbang inflasi terbesar buat daerah, kita harapkan mampu mencukupi kebutuhan di pasar lokal dan tidak bergantung lagi dengan luar daerah, sehingga dapat meredam harga cabai di pasaran kita," pungkasnya. (jok/gus)