PALANGKA RAYA - Efek negatif akibat kebakaran lahan dan hutan di Kalimantan Tengah, terus dirasakan masyarakat. Terlebih pada segi kesehatan warga khususnya yang terserang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan diare.
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Doris Slyvanus Palangka Raya mencatat hingga tanggal 11 Oktober 2015, pasien karena terinfeksi ISPA, tercatat sebanyak 1154 pasien. Yakni 130 pasien rawat inap dan1.024 rawat jalan, sebanyak 561 diantaranya bayi dan balita.
Sementara, untuk penyakit diare, RSUD menghimpun 1.432 pasien dengan 570 pasien rawat inap dan 862 pasien rawat jalan. 620 menjangkit bayi dan balita umur 28 hari hingga 4 tahun.
“Meningkat itu pada bulan Agustus hingga September hingga mencapai 88 persen. Baik itu diare maupun ISPA. Ini dikarenakan keadaan dan situasi saat ini, terlebih asap dan kemarau,” ungkap Humas RSUD Doris Silyvanus dr Theodorus Sapta Atmadja, Senin (12/10) di ruang kerjanya.
Theo menjelaskan ada bulan Oktober minggu pertama RSUD Doris sudah melakukan perawatan enam pasien ISPA dan mengobati 76 pasien rawat jalan. Sementara untuk diare pada bulan September 106 pasien diopname dan 125 pasien menjalani pengobatan rawat jalan.
“Faktor berbagai macam, untuk Ispa karena asap ini, sedangkan diare terjangkit dari oral (tempat atau makanan) dan kotoran. Intinya kedua kasus itu meningkat dan terus meningkat,” ucapnya.
Theo menyebutkan mudahnya penyakit tersebut terjangkit, yakni karena daya tahan kurang dan adanya penyakit lain baik asma dan gagal ginjal terlebih terpapar dengan kabut asap dan partikular yang meningkat.
“Keadaan ini dikhawatirkan menimpa bayi, belita dan manula (manusia lanjut usia),” terang pria berkacamata ini.
Untuk diare, ucap Theo. Biasanya terjangkit karena pencucian kurang bersih, baik itu tempat makan dan lainnya serta melalui kotoran yang dibawa oleh lalat. Termasuk tidak secara sempurna saat memasak air dan menyampurnya dengan air yang tidak mendidih.
“Terlebih dalam keadaan kemarau ini. Intinya kami imbau untuk menjaga lingkungan dan tentunya menggunakan masker bila beraktivitas di luar rumah,” pungkasnya.
Sementara itu, partikular atau pencemaran udara kota Palangka Raya semakin parah, setelah sempat turun karena guyuran hujan. Pada Senin (12/10) BMKG kembali mencatat indikasi pencamaran udara dalam katagori berbahaya hingga lima kali lipat, yakni mencapai 1363.38 U gram/m3.
Jarak pandang di bawah 100 meter dan kecepatan angin 5,6 km/jam serta cuaca berasap dengan prakiraan cuaca Buntok, Muara Teweh, Nanga Bulik, Puruk Cahu, Tamiang Layang diperkirakan hujan ringan dengan kelembaban 65-96 persen.
“Berdasarkan konsentrasi partikular, hari ini menunjukkan tingkat berbahaya dari kemarin,” ungkap Prakirawan Bayu Umbara dari BMKG Palangka Raya. (daq/vin)