PANGKALAN BUN - Banjir di Kecamatan Arut Utara sudah berlangsung 10 hari. Belum ada tanda-tanda air akan surut. Masyarakat pun mengungsi ke dataran yang lebih tinggi dengan mendirikan tenda seadanya.

Pantuan di Kelurahan Pangkut, sedikitnya lima RT dengan 250 KK terendam banjir. Air terus bertambah tinggi sehingga warga RT 1 dan 2 Kelurahan Pangkut terpaksa mengungsi. Warga mendirikan tenda sendiri di dataran tinggi.

Utin Umrah (47), warga Kelurahan Pangkut, mendirikan tenda kecil di dataran yang lebih tinggi. Tenda yang dibuat sangat sederhana. Dalam tenda tersebut terdapat tikar dan bantal untuk tidur. Di sebelahnya juga terdapat kompor dan peralatan untuk memasak. 

"Kami harus mengungsi dan buat tenda untuk tidur sementara," kata Utin Umrah.

Dirinya sudah empat hari tinggal di tenda sejak rumahnya terendam banjir. Dirinya memilih membuat tenda ketimbang harus mengungsi di kelurahan.

"Kalau tenda kami ini hanya muat tiga orang. Sementara anggota keluarga kami totalnya tujuh orang. Anak kami yang besar ikut di rumah tetangga yang lebih tinggi. Kami tidak mau mengungsi karena kemarin itu kantor kelurahan masih dikunci," ujarnya.

Untuk kebutuhan makan, kata Utin, masih aman. Sedangkan untuk kebutuhan air bersih dipasok menggunakan air galon isi ulang. 

"Kami butuh seperti selimut saja. Soalnya kalau malam kan dingin," katanya.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kobar mengatakan, seluruh desa dan kelurahan di Kecamatan Arut Utara sudah terkena banjir. Kurang lebih 730-an warga terkena dampak banjir di Aruta. Ada 400 rumah yang kondisinya parah. Sementara sisanya terendam, tapi masih aman. "Paling banyak di Kelurahan Pangkut, Sukarami dan Gandis," katanya.

Posko banjir ditempatkan di kantor desa dan kelurahan. Evakuasi akan dilakukan seiring bertambahnya ketinggian banjir. (rin/yit)