Ramadan menjadi bulan berkah bagi dua warga miskin ini. Tak disangka-sangka, mereka memperoleh rezeki dan bakal menempati rumah baru di Lebaran nanti.
Farid M, Sampit
Pagi itu, tampak sumringah wajah Rayah, warga Jalan Haji Umar Desa Samuda Besar Kecamatan Mentaya Hilir Selatan, Kotawaringin Timur. Sambil memindahkan perkakas rumah, garis senyum tak lepas dari wanita berusia 80-an tahun itu. Dia baru saja ketiban durian runtuh alias rezeki tak terduga.
Sebentar lagi, dia bersama suaminya, Masliansyah, akan menikmati hunian yang nyaman di Lebaran nanti. Beruntungnya, tak ada lagi rumah yang dibalut kayu lapuk dan lantai digenangi air ketika hujan.
Sejak beberapa hari terakhir, sejumlah tukang bangunan mengobrak-abrik rumah berukuran 4 meter x 6 meter yang dibangun sang suami puluhan tahun silam.
Kayu lapuk diganti dengan kayu baru, pastinya lebih kokoh. Semula tak berwarna, sekarang dicat warna biru terang. Atap yang dulu bocor diganti dengan seng besi. Air hujan tak bisa lagi menembus rumahnya.
Kamar mandi sekaligus toilet dari daun nipah yang menguning sudah tiada. Dibongkar habis oleh para tukang. Semula tempat membuang hajat dan membersihkan diri itu hanya setinggi pinggang orang dewasa. Tempatnya hanya muat diisi satu baskom berukuran sedang.
Bayangkan saja, bagaimana bisa menggunakan tempat itu dengan tenang dan nyaman. Jauh sekali dari standar MCK yang layak. Belum lagi ketika banjir atau angin kencang, sudah pasti luluh lantak.
"Saya tidak menyangka, komandan (pos TNI AL) datang. Dia menawarkan untuk merenovasi rumah kami. Rumah ini dibangun oleh bapak (suami Rayah) sendiri," ujarnya diiringi riuhnya ketokan palu dan gurauan para tukang dari anggota TNI AL dan warga, Minggu (18/6).
Rayah dan suaminya yang sudah renta karena usia hampir 100-an tahun pasrah tinggal di rumah dengan kondisi seadanya. Mereka hanya tinggal berdua tanpa dikarunia anak dari hasil pernikahannya.
Kini, suami Rayah tak bisa lagi bekerja karena sakit-sakitan. Rayah mengais rejeki dari pohon kelapa yang tertanam disekitar rumahnya. Penghasilan tak seberapa, hanya cukup untuk makan sehari-hari.
Namun, wanita lansia itu bersyukur karena ada yang bersimpati terhadap dirinya dan suami. Anggap saja berkah ramadhan, apalagi lebaran tinggal menghitung hari. Dia dihadiahi rumah yang layak untuk menghabiskan masa tuanya.
Kebahagiaan serupa turut dirasakan Ana. Rumahnya tak jauh dari tempat Rayah. Sama-sama warga RT 01 RW 01. Wanita sebatang kara itu mendiami rumah peninggalan orangtua yang telah meninggal dunia.
Namanya saja rumah peninggalan, sejak dia dilahirkan rumah itu sudah dihuni puluhan tahun.
Sekarang usia Ana 40-an tahun. Sama dengan empunya, rumah itu termakan usia. Lebih parah daripada rumah Rayah. Rumah Ana tidak lagi utuh, tidak semua bagian tertutup kayu. Sementara kayu-kayu yang masih menempel juga lapuk, berlumut, bukan lagi warna coklat atau hitam tapi abu-abu.
Atapnya dari anyaman daun nipah yang kering kerontang. Bahkan tak lagi beraturan. Sudah lepas sana-sini. Rumah itu bak pepatah "hidup segan mati tak mau". Jangan ditanya apakah masih layak. Air hujan dan angin malam bisa menusuk dari sisi mana saja.
Harta benda di dalamnya hanya kasur. Empuk dan nyaman, tentu tidak. Tipis dan kainnya sobek-sobek. Selain kasur, cuma ada tungku untuk memasak. Namun, kondisi Ana tak lagi segar bugar. Tetangga yang baik hati setiap kali membantu Ana. Sebab, wanita itu kadang sulit diajak berkomunikasi dan beraktivitas dengan normal.
"Dari 8 bulan lalu saya sudah tidak bekerja mengupas kelapa karena kaki ini tiba-tiba sakit. Biasanya tiap bulan diberi Kades bantuan uang untuk biaya sehari-hari," kata Ana terbata-bata.
Sejak kecil Ana sudah biasa bekerja membantu orangtuanya. Bahkan karena himpitan ekonomi, dia tidak pernah merasakan bangku sekolah. Sebenarnya, selain rumah, Ana juga ditinggali kebun kelapa. Sayangnya, hasil kebun hanya cukup untuk membayar hutang orangtuanya semasa hidup.
"Beberapa alasan itulah yang membuat kami membantu mereka. Untuk rumah Rayah dan Masliansyah hanya bedah rumah ringan sementara rumah Ana dirombak habis," sahut Komandan Pos TNI AL (Danposal) Samuda Peltu Chresthianus menyeka perbincangan Radar Sampit di depan rumah baru Ana yang hampir selesai, Minggu (18/6).
Chresthianus menyatakan mereka sangat prihatin dengan kehidupan dua warga miskin ini. Bahkan mereka mengajukan proposal ke Pemerintah Daerah Kabupaten Kotawaringin Timur untuk membantu mereka (Rayah dan Ana).
“Kami sudah mengajukan propasal ke Pemkab Kotim tapi anggaran tidak bisa cair segera. Kami pun berkoodinasi dengan Pangkalan TNI AL (Lanal) di Banjarmasin dan ternyata ada program karya bhakti dan kami mendapat bantuan dana,” ceritanya.
Menurut Chresthianus, dirinya berharap instansi terkait dapat membantu warga yang benar-benar miskin. Sebutnya, Rayah dan Ana merupakan sebagian warga tidak mampu.
Rayah warga miskin yang tidak ada penghasilan tetap, sementara Ana seorang yang sebatang kara, miskin harta, miskin keluarga dan mengalami gangguan berbicara.
Informasinya, menurut rencana penyerahan kunci rumah akan disampaikan langsung oleh Komandan Lanal Banjarmasin Kolonel Laut (P) Oky I.Z Dipura, SH, MPA.
“Dua rumah seluruhnya dikerjakan personel TNI AL dan dibantu warga. Mudah-mudahan bu Rayah dan Ana bisa menempati rumah baru di lebaran nanti,” ucapnya. (***)