SAMPIT – Ribuan liter minyak sawit mentah (crude palm oil) CPO tumpah ke Sungai Cempaga. CPO itu berasal dari tongkang yang tambat di pelabuhan PT Surya Mentaya, Desa Cempaka Mulia Barat, Kecamatan Cempaga. Warga merasa terganggu akibat kelalaian pihak tongkang tersebut.
Tumpahan CPO itu membuat air Sungai Cempaga tidak bisa digunakan warga untuk beraktivitas. Tumpahan mengalir hingga ke beberapa desa di bantaran sungai, seperti Cempaka Mulia Barat dan Timur, Sungai Paring, dan Luwuk Bunter.
Informasi yang diperoleh Radar Sampit, ribuan liter CPO tersebut tumpah pada Senin (20/6) dini hari, saat sedang mengisi ke tongkang dari truk. Saat pengisian itu, petugas tertidur dan tak mengetahui tangki penampungan penuh hingga meluap.
Pelabuhan itu merupakan areal untuk penyalinan dari truk angkutan CPO sejumlah perkebunan besar swasta ke tongkang yang dengan volume ribuan kiloliter. Kejadian ini bukan pertama kali. Namun, sebelumnya tak pernah separah itu.
Camat Cempaga Sugianto mengaku mengetahui kejadian tersebut dari media sosial. Tumpahnya CPO itu tak dilaporkan kepada pemerintah desa hingga kecamatan setempat. ”Apabila mengisi CPO jangan sampai lengah. Kalau terjadi seperti ini, masyarakat yang dirugikan," ujarnya.
Sore kemarin langsung dilaksanakan mediasi dengan warga, aparat desa, perusahaan, dan perwakilan dari DPRD Kotim. Menurut Sugianto, masyarakat Cempaga sehari-hari memanfaatkan sungai untuk kegiatan mereka. Dia berharap ke depan kejadian semacam itu tak terulang.
”Untung masyarakat kita tidak ambil tindakan. Kami ingin masalah ini bisa diselesaikan hari ini," ujar Sugianto.
Sekretaris Kecamatan Cempaga sekaligus Pj Kades Rubung Buyung Afrihat mengatakan, pihaknya sudah meminta penggelola tersus untuk bertanggung jawab. Sebanyak 700 kepala keluarga akan menerima santunan sebesar Rp 200 ribu per kepala keluarga.
”Tumpahan CPO itu berasal dari truk yang berlebihan. Masalah ini juga sudah kami informasikan kepada pihak terkait untuk ditindaklanjuti,” ujar Afrihat.
Mengenai realisasi ganti rugi uang atas tumpahan CPO di Sungai Cempaga itu, dia belum mendapat kepastian waktu. Akan tetapi, pihaknya akan memantau perkembangannya dari desakan masyarakat.
Sementara itu, Yudi dari perwakilan perusahaan mengatakan, pihaknya siap bertanggung jawab dan akan memberikan kompensasi berupa sembako. "Nanti kami akan beri kompensasi pada masyarakat. Kami tidak menginginkan juga kejadian ini," ujar perwakilan perusahaan.
Mediasi hingga usai tidak membuahkan hasil. Manajemen pelabuhan keberatan dengan tuntutan warga memberikan biaya kompensasi. Warga menuntut agar setiap kelapa keluarga diuangkan senilai Rp 200 ribu, dengan jumlah warga sekitar 3.600 KK dari empat desa.
Anggota DPRD Kotim Syahbana mengatakan, mediasi kedua belah pihak buntu. Di satu sisi, perusahaan menghitung terlalu banyak biaya yang dikeluarkan, sedangkan warga menuntut semua pihak yang mengandalkan air sungai diberikan kompensasi pengganti.
”Sampai kemarin sore belum ada titik temu. Kita sebagai wakil masyarakat meminta itu bisa ditempuh dengan win-win solusi," kata dia.
Imbas kejadian itu, lanjutnya, banyak warga tidak bisa memanfaatkan air sungai. Terutama mereka yang tinggal di bantaran Sungai Cempaga. ”Banyak warga yang mengadu ke kami soal ini. Makanya saya langsung turun tangan sembari memediasi agar cepat dituntaskan," tandasnya.
CPO di Rubung Buyung
Sementara itu, kasus limbah CPO yang mencemari Sungai Rubung setelah hujan lebat mengguyur wilayah tersebut selama sepekan ini, belum ada kejelasan asal dan pelaku yang mencemari lingkungan dan merugikan warga Desa Rubung Buyung tersebut.
Afrihat yang juga Pj Kades Rubung Buyung mengaku sudah berkoordinasi dengan perusahaan setempat dan Dinas Lingkungan Hidup (DLH). Sebab, ikan dan ular mengapung menjadi bangkai dan air tidak layak digunakan warga.
”Sudah mereka sampaikan laporan dari PT SCC (Sinar Citra Cemerlang) ke DLH dan nanti. Kami juga akan menyampaikan laporan hasil pantauan di sungai bersama warga Senin (19/6) lalu. Namun, belum dipastikan asal limbah itu. Hanya saja, mengarah ke sana,” ujar Afrihat.
Untuk sementara, warga Rubung Buyung mengambil air untuk mandi, mencuci, dan lainnya dari sumur. Pasalnya, mereka takut setelah melihat banyak ikan yang mati di perairan yang tercemar itu.
Dia belum memastikan mana asal limbah sawit itu. Meski pihaknya sudah meyakini dari salah satu perkebunan kepala sawit sekitar, tetap menunggu hasil pemeriksaan kepolisian sebagai aparat yang berwenang.
Sampai kemarin, warga yang berprofesi sebagai nelayan di sepanjang Sungai Rubung tidak bekerja. Puluhan ikan yang membusuk dan mengapung di atas air beberapa sudah diamankan sebagai sampel dari sungai yang kini airnya sudah tidak dijamin kesehatannya.
Sementara itu, Kapolsek Cempaga Iptu Harno menjelaskan, pihaknya akan menyelidiki kasus tersebut dan mencari fakta yang sebenarnya terjadi. ”Kita masih belum pastikan, kita lidik terlebih dahulu,” jelas Harno.
Terpisah, Humas Legal PT SCC ZamZam menerangkan, setelah pihaknya menyampaikan laporan ke DLH kini tinggal menunggu kepastian fakta. Apakah asal limbah itu dari perusahaan tersebut atau bukan. ”Belum ada kejelasan, nanti menunggu hasil uji sampel dari DLH baru diketahui,” ungkap ZamZam. (ang/mir/ign)