SAMPIT | PANGKALANBUN | PALANGKA | KOTAWARINGIN | METROPOLIS | BARITO | GUMAS | DPRD SERUYAN

METROPOLIS

Sabtu, 01 Juli 2017 17:06
Bawang Dayak, Dulu Tak Diminati, Sekarang Dicari-cari

Khasiatnya Mulai Diakui

MULAI DIMINATI: Bawang Dayak banyak ditemui di penjual obat herbal atau tradisional.(YUSHO/RADAR SAMPIT)

Nama Latinnya eleutherine bulbosa. Indonesianya bawang sabrang. Lokalnya bawang Dayak atau bawang hutan. Dipercaya penuh khasiat. Kini diburu para pencinta tanaman herbal.   

YUSHO RICKI PRAYOGA, Palangka Raya

Bawang-bawangan awam digunakan sebagai bumbu masakan. Juga mengobati penyakit. Misalnya bawang putih yang dipercaya berkhasiat mengurangi kadar kolesterol. Atau bawang merah yang kerap digunakan untuk mengatasi demam dan masuk angin.

Ada jenis bawang lain yang mempunyai manfaat dan khasiat yang baik untuk kesehatan. Namanya bawang sabrang (eleutherine bulbosa). Masyarakat Kalimantan Tengah khususnya, mengenal tanaman tersebut dengan sebutan bawang hutan atau bawang Dayak.

Biasanya tumbuh di dataran tinggi. Jika dilihat secara fisik, tidak jauh berbeda dengan bentuk bawang bawang merah pada umumnya. Namun bawang Dayak ini tidak digunakan sebagai bumbu dapur. Melainkan untuk mengobati berbagai macam penyakit.

Sejumlah orang memang kurang familiar dengan tamanan yang masuk dalam kategori umbi-umbian ini. Ya, wajar saja karena tanaman ini hanya ditemukan pada daerah tertentu.  Bawang ‘ajaib’ ini diyakini memiliki khasiat dahsyat. Keampuhan tanaman ini untuk pengobatan memang cukup poluler. Biasanya digunakan dalam usaha mengobati kanker, jantung, asam urat, diabetes, pendarahan, serta untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

Bawang yang disebut-sebut dengan tanaman sejuta manfaat ini tergolong mudah dicari. Di Palangka Raya, untuk mendapat bawang ini cukup datang ke penjual obat herbal atau obat tradisional.

Murni misalnya. Wanita yang kesehariannnya menjual obat herbal asli Kalteng ini mengakui bawang Dayak cukup diburu para pencinta tanaman herbal. Diakuinya cukup mudah mendapatkan tanaman tersebut. Karena sekarang ini sudah cukup banyak masyarakat yang memulai membudidayakan.

Dulu untuk mendapat bawang Dayak harus dicari ke dalam hutan. Sekarang tidak lagi. Hampir semua penjual obat tradisional menanam bawang ini di pekarangan rumahnya.

”Mudah menanamnya. Kalau dulu, ya harus masuk hutan untuk mendapatkan bawang ini. Itupun belum tentu dapat. Bahkan kalau dapat, sudah sangat beruntung bisa dapat setengah kilogram,” katanya.

 

Harganya bervariasi. Untuk satu bungkus  bawang Dayak  kering dijual seharga Rp 25 ribu, beratnya kira-kira 250 gram. Sedangkan untuk bawang yang masih segar, satu ikatnya dijual dengan harga yang sama, namun terlihat lebih banyak dari pada yang sudah dikeringkan. Kira-kira beratnya sekitar satu kilogram. Namun setelah melalui proses pengeringan, bawang yang masih segar ini juga akan menyusut.

Air rendaman atau seduhan bawang Dayak berwarna merah. Berasa sedikit pahit dan sepat. Ketika diminum tidak ada aroma bawang merah. Aromanya tawar. Untuk memperbaiki rasa dapat dicampur madu atau gula bagi penderita non-diabetes.

Dijelaskannya, ada dua jenis olahan bawang Dayak untuk pengobatan yaitu bawang segar dan irisan bawang Dayak yang telah dikeringkan. Pemakaiannya sangat praktis. Untuk bawang Dayak kering cukup diseduh satu sendok dengan air panas mendidih.

”Tunggu beberapa saat hingga hangat dan berubah menjadi warna merah. Setelah itu langsung diminum dua hingga tiga kali sehari,” jelasnya.

Ia menyebutkan, bawang Dayak ini dulunya tak diminati. Di samping sulit dicari, sebagaian besar orang belum banyak yang tahu khasiatnya. Sehingga amat susah mencari keberadaan penjual tanaman tersebut.  Apabila ada yang menjual, harganya bisa berkali-kali lipat dari harga sekarang.

Hal ini dia ceritakan berdasarkan pengalamanan yang sudah menjual bawang Dayak sejak beberapa tahun lalu. Bahkan pernah bawang yang dia jual membusuk lantaran tak laku. Dari pengalaman itu, dia mendapatkan bahwa sebagian besar masyarakat masih belum mengetahui khasiat yang terkandung pada tanaman itu.

Meski begitu, tidak sedikitpun di benaknya untuk berhenti menjual tanaman tersebut meski saat itu sangat sepi peminat. Hal itu ternyata berbuah hasil. Beberapa tahun setelah itu, masyarakat sudah mulai mencari-cari bawang Dayak yang sudah lama ia jual. Hal itu diiringi pula dengan penjual obat herbal lain yang mulai ikut menjual dan tidak sedikit pula yang sudah mulai membudidayakan tanaman dimaksud.

”Memang saya akui dulu sulit dicari. Banyak penyebabnya, mulai dari susah mendapat bawangnya, tidak ada peminat, dan harganya juga mahal. Kalau sekarang sudah banyak jual. Hampir semua penjual obat herbal punya bawang dayak,” pungkasnya. (***/dwi)

 


BACA JUGA

Rabu, 09 September 2015 00:45

Uji Kebohongan, Tim Hukum Ujang Dukung Uji Forensik

<p>&nbsp;PALANGKA RAYA - Tim Kuasa Hukum Ujang-Jawawi menyatakan penetapan hasil musyawarah…

Sitemap
  • HOME
  • HOT NEWS
  • NEWS UPDATE
  • KOLOM
  • RAGAM INFO
  • INSPIRASI
  • FEATURE
  • OLAHRAGA
  • EKONOMI
Find Us
Copyright © 2016 PT Duta Prokal Multimedia | Terverifikasi Dewan Pers