SAMPIT – Sampah yang menumpuk di kiri dan kanan Jalan Kapten Mulyono, tak jauh dari Jembatan Patah, tak terangkut selama sekitar satu bulan. Bekas sisa makanan dari bahan plastik hingga bangkai hewan berserakan. Bau menyengat merebak di sekitar lokasi itu.
Disinyalir tumpukan sampah tersebut tak terangkut karena tak ada kontainer atau tempat pembuangan sampah di lokasi itu. Informasi yang diperoleh Radar Sampit, sampah tersebut dibuang bukan hanya oleh warga di sekitar kawasan itu. Sampah tersebut sudah melebar hingga mencapai 6 meter lebih.
”Tidak hanya warga dekat sini yang membuang. Banyak pengendara yang membawa sampah ikut-ikutan membuang juga. Ada yang melempar sampai masuk parit karena tidak ada tempat khusus,” kata Budi, seorang warga saat dibincangi Radar Sampit sebelum berangkat ke kebun miliknya, tak jauh dari lokasi jembatan, Rabu (12/7).
Warga setempat berencana akan melarang pembuangan sampah lantaran aroma tak sedap kerap dirasakan penduduk terdekat. Apalagi sampah itu terus menumpuk dan tak diangkut petugas kebersihan.
”(Waktu orang membuang sampah ) tak menentu. Biasanya ada yang pagi, siang, dan sore warga yang buang sampah. Tak pernah ada terlihat petugas mengangkut. Ya, karena lokasi itu jelas terlihat bukan tempat pembuangan,” ujarnya.
Dia mengharapkan melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kotim menanggapi keresahan masyarakat terkait sampah yang kian menumpuk itu. Di sisi lain, sampah yang tak tertangani tak hanya di lokasi itu.
Partisipasi Masyarakat
Sementara itu, Kabid Pengelolaan sampah dan LB3 Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kotim Paulus Segah mengatakan, sampah memang merupakan permasalahan yang dihadapi seluruh kota. Karena itu, perlu sinergitas untuk mencari solusi, termasuk di antaranya partisipasi dan kesadaran masayakat untuk menjaga lingkungan.
”Masalah sampah ini kami harapkan partisipasi masyarakat. Kalau tidak ada partisipasi masyarakat, sulit. Kalau saling bersinergi, kendala permasalahan sampah dapat lebih diatasi,” katanya, Rabu (12/7).
Salah satu cara masyarakat membantu pemerintah, lanjutnya, dengan tidak membuang sampah rumah tangga sembarangan di tempat yang tidak tersedia kontainer atau tempat penampungan sampah. Selain itu, dia juga mengimbau untuk membantu petugas pengangkut sampah dengan tidak membuang sampah di luar jadwal pembuangan.
”Membuang sampah diharapkan sesuai jadwal yang sudah diatur, sehingga petugas mudah mengangkutnya. Selain itu, masyarakat diharapkan jangan membuang di luar kontainer, agar sampah tidak meluber dan pemandangan lebih terjaga,” ujarnya.
Saat ini, lanjutnya, penempatan kontainer tidak bisa menyeluruh dan maksimal karena jumlahnya terbatas. Meski begitu, pihaknya telah menempatkan kontainer di titik yang bisa dijangkau beberapa kawasan permukiman sekaligus, sehingga paling tidak bisa dijangkau masyarakat sekitar titik penempatan kontainer.
”Penempatan kontainer itu biasanya diletakkan di titik lokasi timbulan sampah. Melihat lokasi padat penduduk dan menjadi tempat berkumpulnya sampah. Karena terbatas, setidaknya kita menempatkan di titik yang bisa dijangkau,” jelasnya.
Selain itu, lanjutnya, penyebaran kontainer saat ini belum maksimal, karena kondisi kontainer yang ada sebagian mengalami kerusakan, sehingga memerlukan perbaikan. Untuk itu, penambahan fasilitas baru dalam rangka mengatasi permasalahan persampahan memang diperlukan.
”Kalau melihat kebutuhan yang ada sekarang, kita akan mengusulkan penambahan fasilitas. Apalagi pembangunan perumahan yang semakin maju, ini membuat volume sampah rumah tangga meningkat. Nanti akan kita tata bagaimana agar kita bisa menjangkau semua permukiman kontainer sampah,” pungkasnya. (mir/sei/ign)