SAMPIT – Awal musim kemarau yang diprediksikan oleh Badan Meteorologi Klimatolog dan Geofisika (BKMG) akan terjadi pada akhir bulan Juni lalu ternyata meleset. Kepala BMKG Stasiun Bandara Haji Asan Sampit, Nur Setiawan menjelaskan bahwa adanya gangguan cuaca yang menyebabkan mundurnya awal musim kemarau dari waktu yang telah diprediksikan. Hal ini tidak hanya terjadi di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) saja, melainkan hampir di seluruh wilayah Kalimantan.
”Memang sempat diprediksikan awal kemarau terjadi pada akhir bulan Juni hingga awal Juli. Tapi ada beberapa faktor yang mempengaruhi iklim diwilayah ini, sehingga berdasarkan pengamatan terakhir diperkirakan hingga pertengahan Juli masih ada peningkatan curah hujan,” kata Nur, ketika ditemui di kantornya, Kamis (13/7).
Dijelaskannya, beberapa faktor yang mempengaruhi berubahnya prakiraan cuaca ini antaralain berkaitan dengan fenomena indeks El-Nino 34 yang diperkirakan akan meningkat mendekati akhir bulan Juni seiring dengan melemahnya fenomena La-Nina pada bulan Mei hingga pertengahan Juni. Namun, ternyata hingga awal Juli, indeks El-Nino 34 masih dalam kondisi normal, yakni antara anomaly 0 hingga 0,5 derajat celcius.
Kemudian pengaruh pola angin terhadap cuaca, saat ini di sebelah timur Kalimantan terdeteksi adanya sirkulasi angin tertutup disebabkan pusat tekanan rendah yang terdapat di lokasi tersebut, sehingga berdampak pada pembentukan awan hujan di wilayah Kalimantan.
”Kendati demikian berdasarkan pengamatan teman-teman (BMKG) se-Indonesia yang kami terima, diprediksi mulai pertengahan hingga akhir Juli nanti curah hujan akan mulai menurun, kemudian diikuti dengan masuknya musim kemarau,” ujarnya.
Lanjutnya, akibat adanya gangguan cuaca ini diperkirakan bahwa kemarau yang terjadi di Kotim tahun ini akan jauh lebih singkat dibanding perkiraan sebelumnya , yakni 3 bulan menjadi 1 bulan dan paling lama 2 bulan. Dimulai pada pertengahan Juli hingga akhir Agustus, kemudian setelah itu akan mulai memasuki musim hujan periode kedua tahun ini yang diperkirakan akan maju satu bulan dari siklus cuaca biasanya.
Ditambahkannya, melihat dari kondisi El-Nino yang masih normal saat ini, nantinya ketika memasuki musim kemarau diperkirakan masih ada hujan. Akan tetapi intensitas curah hujan pada musim kemarau tahun ini lebih sedikit dibandingkan kemarau yang terjadi pada 2016, sehingga belum bisa dikategorikan dalam kemarau basah.
Prediksi ini bisa saja berubah apabila terjadi gangguan atau fenomean alam yang membuat perubahan cuaca di wilayah ini. Oleh sebab itu, pihak BMKG akan tetap memantau kondisi cuaca di daerah ini secara rutin. (vit)