SAMPIT – Masyarakat di wilayah kecamatan yang desanya berdekatan dengan aliran sungai, masih sangat menggantungkan berbagai aktivitas mereka sehari-hari di sungai. Padahal, air sungai sudah tak bersih lagi seperti beberapa tahun silam dan kualitasnya memburuk karena beberapa kali tercemar limbah sawit.
”Limbah perusahaan perkebunan sawit yang ada di hulu sungai juga pernah mencemari sungai. Bahkan, yang baru-baru terjadi belakangan ini, minyak CPO tumpah sehingga mencemari sepanjang sungai. Aktivitas kami terganggu,” kata Ahmad, warga Desa Sungai Paring, Kecamatan Cempaga, kemarin.
Kebiasaan itu, lanjutnya, sudah sejak lama terjadi dan belum bisa diubah. Apalagi di wilayah Cempaga aliran sungai masih menjadi salah satu jalur tranportasi masyarakat yang ingin ke desa tetangga.
”Masih banyak yang menggunakan perahu dayung untuk beraktivitas, seperti berangkat sekolah, berangkat ke kebun untuk menyadap karet, dan memanen rotan,” ujarnya.
Saat aliran sungai terkontaminasi limbah atau kualitas airnya berubah, lanjutnya, warga sekitar aliran sungai juga merasakan dampaknya, baik untuk kesehatan dan aktivitas mereka. Ketika minyak CPO tumpah beberapa waktu lalu, mereka tidak berani mandi di sungai karena menimbulkan gatal di kulit.
Selain itu, pupuk dari perkebunan sawit juga turun ke sungai saat terbawa air hujan, sehingga kualitas air sungai sudah jauh menurun.
”Kalau zaman dulu, sebelum ada perkebunan sawit masuk, kami masih berani minum air sungai yang diberi obat air atau direbus terlebih dahulu. Saat ini sudah tidak berani lagi. Sebab, kualitas air sudah menurun. Terlihat saja dari warnanya yang berubah, sehingga untuk air minum kami membeli air isi ulang,” pungkasnya. (dc/ign)