Zaenab hidup sendirian di sebuah rumah apung kayu berukuran 2x3 meter yang sudah mulai rapuh dengan kondisi dalam yang berantakan.
JOKO HARDYONO, Radar Pangkalan Bun
JUMAT pagi, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kotawaringin Barat (Kobar) seperti biasa menjalankan rutinitas Jumat bersih. Tak ketinggalan Wakil Bupati Kobar Ahmadi Riansyah yang ikut turun membersihkan bantaran Sungai Arut, RT 01, Kelurahan Raja, Kecamatan Arsel, bersama Relawan Bersatu.
Saat Relawan Bersatu bersama masyarakat membersihkan sampah di bantaran Sungai Arut, terdengar suara teriakan dari sebuah jamban. Berdasarkan keterangan warga, di dalam jamban tersebut ada seseorang mengalami gangguan jiwa yang diasingkan keluarganya.
Anggota Relawan Bersatu lantas melaporkan hal itu ke Wabup Kobar. Mendengar pemberitahuan tersebut, Wabup Kobar langsung menuju lokasi yang ditunjuk para relawan.
Tidak ada titian. Tak ada pula penyeberangan menuju jamban tersebut. Warga pun akhirnya berinisiatif membuat jembatan sederhana dari kayu papan ulin sepanjang tiga meter. Setelah selesai, Ahmadi langsung menyeberangi jembatan tersebut dan masuk ke jamban, asal suara tadi.
Ternyata, tempat itu bukan jamban seperti yang diceritakan. Ukuran bangunannya 2x3 meter. Lebih pantas disebut rumah apung eks kios. Kondisi dalam rumah berantakan. Sampah berserakan dan beberapa lantai kayu sudah mulai rapuh.
Di sudut rumah apung tersebut terlihat sesosok perempuan paruh baya berbaju merah, mengenakan bedak dingin di wajahnya. Ahmadi mencoba berkomunikasi dengan wanita itu. Namun, dia malah berteriak ketakutan, seperti memanggil saudaranya.
"Jangan takut. Kami ke sini bukan untuk menyakiti. Kami ingin tahu kondisi ibu," tutur Ahmadi, kepada perempuan paruh baya tersebut.
Selain mengajak berkomunikasi, Ahmadi juga mencoba bersalaman. Namun, wanita itu menolak dan menjawab, "Tidak boleh! Haram. Bukan muhrim."
Setelah ditelusuri, wanita tersebut bernama Zaenab. Umurnya diperkirakan sekitar 50 tahun. Zaenab menderita kelainan jiwa sejak dari kecil. Puncaknya tiga tahun lalu. Keluarganya sudah tidak bisa lagi menanganinya di rumah, sehingga terpaksa diasingkan di rumah apung tersebut.
"Dia kadang keluar dari rumah itu, tidak pernah menganggu warga, paling berteriak, ngomong ngelantur," ujar warga sekitar, Nasurullah.
Nasrullah menceritakan, Zaenab mengalami kelumpuhan. Dia tidak bisa berjalan. Wanita itu menghabiskan harinya di rumah apung tersebut. Keluarganya rutin mendatangi dan memberinya makan, sekaligus mengecek kondisi Zaenab.
Nasrullah berharap, kedatangan Wabup Kobar membawa nasib baik bagi wanita itu, yakni langsung ditangani dan diperhatikan. "Mudah-mudahan bisa diobati. Dulu dia di rumah saja, bersama keluarganya. Mungkin keluarganya tidak bisa lagi menangani, akhirnya dia di sini hingga sekarang," ujarnya.
Melihat kondisi Zaenab, Ahmadi Riansyah mengaku prihatin. Pihaknya akan menangani dan mendata langsung melalui Dinas Sosial (Dinsos) Kobar dan secara bertahap akan ditindaklanjuti. Hingga kini, dari laporan yang masuk, ada 32 orang lebih di Kobar yang mengalami gangguan jiwa.
"Secara bertahap akan kita akan indentifikasi. Kita klasifikasikan juga yang mana akan kita priotaskan terlebih dahulu untuk kita tangani," tandasnya.
Lurah Raja Muhlan Affandi menuturkan, Zaenab merupakan warga Banjarmasin yang dibawa keluarganya yang berdomisili di Kelurahan Raja. "Ini terlepas dari pantauan kami. Jadi, dianggap seolah-olah kami tidak tahu. Kami memang tidak tahu, karena keluarganya tidak melaporkan ke kami," jelasnya.
Muhlan menuturkan, berdasarkan informasi warga sekitar, kondisi Zaenab mulai parah baru-baru ini. "Bukannya kami tutup mata, tapi memang kami tidak tahu. Kalau kami tahu, pasti kami laporkan ke Dinsos supaya ditangani secara medis," tandasnya. (***/ign)