PALANGKA RAYA – Dinas Sosial (Dinsos) Kota Palangka Raya, Satpol PP, Kepolisian, TNI, Polisi Militer, dan Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Palangka Raya kembali melakukan razia. Kali ini sebanyak delapan pekerja seks komersial (PSK) alias “kupu-kupu malam” terjaring dalam razia gabungan.
Giat digelar di warung remang-remang, Jalan Mahir Mahar, Sabtu (19/8). Sasaran giat khusus penyandang masalah kesejahteraan sosial, tak memiliki kartu kependudukan dan para PSK. Usai terjaring seluruhnya didata di Dinas Sosial dan akan diusahakan dikembalikan ke daerah asal.
Kasi RTS Dinas Sosial Kota Palangka Raya, Subarnadi menyebutkan delapan perempuan ini akan dilakukan pendataan serta di assessment. Setelah itu, bila mereka datang dari luar Kota Palangka Raya akan dipulangkan secara paksa oleh pihaknya.
"Hasil giat, berhasil mengamankan delapan perempuan yang diduga menjajakan diri di warung remang-remang. Kita bawa untuk diidentifikasi lebih lanjut didata dan akan diusahakan untuk dipulangkan ke daerah asal,” ungkap Subarnadi, kepada wartawan, usai razia, Sabtu malam.
Subarnadi menerangkan Dinas Sosial memiliki tugas untuk melakukan pendataan kepada perempuan yang terbukti bekerja sebagai WTS. Dinsos juga berkewajiban untuk memberikan sosialisasi, asesmen, dan memberikan ketrampilan agar mereka dapat keluar dari pekerjaan sebagai WTS.
“Ini selain kita data kita akan beri pencerahan dan kita minta membuat surat pernyataan. Bila kedapatan mengulangi lagi baru kita tindak tegas dan dipulangkan ke kampung halamannya. Kita hanya memfasilitasi mereka agar tidak terjun ke lubang yang sama lagi (WTS),” terangnya.
Subarnadi menambahkan selain melakukan pengecekan identitas, razia dimaksud juga melakukan pencarian perdagangan manusia. Bilamana terdapat tindak pidana tersebut maka akan ditindaklanjuti bersama kepolisian.
”Giat ini akan terus dilakukan dan tak hanya berhenti sampai disini saja,” pungkasnya.
Sementara itu, salah seorang wanita diamankan mengakui merupakan PSK. Namun hal itu terpaksa dilakukan untuk memenuhi kebutuan hidup.
”Terpaksa Mas, saya tinggal berasal dari luar pulau Kalimantan tetapi sudah lama di Kalteng. Saya berharap ada perhatian pemerintah biar kami tak lagi kembali. Jujur batin tertekan tetapi mau bagaimana lagi,” ucapnya meminta namanya tak dikorankan. (daq/vin)