SAMPIT | PANGKALANBUN | PALANGKA | KOTAWARINGIN | METROPOLIS | BARITO | GUMAS | DPRD SERUYAN

SAMPIT

Sabtu, 06 Maret 2021 14:24
Wabup dan Ketua DPRD Kotim Pergoki Wanita Penghibur, Remaja Ngelem, Langsung Berikan Peringatan
PENERTIBAN: Wakil Bupati Kotim Irawati menghampiri waria yang kepergok saat pihaknya melakukan operasi penertiban, Kamis (4/3), menjelang dini hari.(HENY/RADAR SAMPIT)

SAMPIT – Penyakit masyarakat berupa prostitusi terselubung dan lainnya yang kerap dilakukan malam hari, mengusik Wakil Bupati Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) Irawati. Orang nomor dua di Kotim itu mengajak sejumlah srikandi di lingkup pemerintahan di Kotim terjun langsung menggelar operasi penertiban.

Inspeksi mendadak (sidak) yang dilakukan Irawati, Kamis (4/3), menjelang dini hari, dikawal Plt Kepala Satpol PP Kotim Rahmat Widi Sujarwo bersama 18 anggota lainnya. Dia juga didampingi Ketua DPRD Kotim Rinie dan anggota DPRD Kotim Modika Latifah Munawaroh.

Irawati mengajak Satpol PP untuk aktif memantau, mengawasi, menertibkan, dan mendata aktivitas masyarakat di malam hari yang dianggap meresahkan.

”Kegiatan malam ini sebagai tindak lanjut atas perintah Pak Bupati (Halikinnor) agar Satpol PP jangan diam di tempat, seolah-olah tidak bekerja. Malam ini saya mengajak Satpol PP patroli, memantau dan mendata tempat yang sering dijadikan sebagai pesta miras, ngelem, dan lokasi prostitusi," kata Irawati.

Sebagai Wakil Bupati Kotim terpilih yang dilantik Jumat (26/2) lalu, Irawati merasa memiliki tanggung jawab untuk meringankan pekerjaan Bupati Kotim dalam mengatasi persoalan yang terjadi di Kotim. ”Saya siap turun ke lapangan dan ingin tahu kinerja Satpol PP," katanya.

Irawati mengaku menerima sejumlah laporan masyarakat melalui telepon genggamnya. ”Saya menerima laporan informasi lewat handphone yang rata-rata perempuan. Mereka menginginkan adanya kegiatan seperti ini (penertiban)," katanya.

Cuaca cerah malam itu mendukung langkah Irawati memantau aktivitas masyarakat di malam hari. Gayanya yang kasual dengan setelan jaket dan celana panjang jeans dipadu kerudung pink, senada dengan pewarna bibir berwarna merah muda serta masker berwarna hijau tosca, semakin membuatnya menawan malam itu.

Aura semangat dalam jiwanya dalam menjalankan kewajiban sebagai Wakil Bupati Kotim menularkan semangat terhadap orang di sekitarnya. Tak ada kata lelah terucap. Sepatu merah yang dikenakannya begitu lincah membawanya mengitari Kota Sampit.

Dia pun dengan tegas berulang kali berkata dalam setiap kesempatan wawancara agar tak memandang perempuan lemah dan tak bisa berbuat apa-apa. ”Jangan memandang karena saya perempuan tidak bisa melakukan banyak hal. Ayo, saya bilang ke Ibu Rinie, kita perempuan, kita tunjukkan kita bisa bekerja, kita langsung turun lapangan," ucapnya.

Dia berangkat dari Kantor Setda Kotim memantau Stadion 29 November yang terlihat gelap gulita. Irawati dan rombongan juga memantau Kawasan Ikon Jelawat dan mendapati dua remaja, putra dan putri, sedang menikmati aroma lem. Keduanya lalu digiring ke mobil bak terbuka Satpol PP.

Setelah menertibkan remaja ngelem, Irawati cs melanjutkan misi menyusuri Jalan Moh Hatta, jalur lingkar selatan. Tak memerlukan waktu lama, sidak tersebut mendapat target penertiban. Dua perempuan berusia sekitar 35 tahun ke atas terlihat menenteng tas dan berpakaian seksi. Keduanya duduk di depan warung yang tutup.

Irawati langsung menghampiri dan menanyakan maksud keberadaan mereka duduk di malam hari. ”Untuk apa duduk berdua malam-malam begini? Lebih baik pulang. Diingat anak dan suami di rumah," ucapnya.

Dua perempuan itu dilepaskan dan hanya didata, lalu diizinkan pulang. Malam yang semakin larut dengan suhu udara dingin, tak membuat Irawati dan rombongannya menghentikan pemantauan.

Belum sampai sekitar 50 meter dari target pertama, mereka kembali memergoki aktivitas mencurigakan. Dua wanita penghibur terlihat duduk santai. Mereka duduk di warung kopi remang-remang dengan pencahayaan seadanya. Ada beberapa kopi kemasan rentengan menggantung di sebatang kayu dan tempat penyimpan air panas.

Di balik warung itu, terdapat bilik dilengkapi kasur seadanya. Suasananya gelap tanpa penerangan. Terlihat peralatan handbody, minyak urut, dan obat nyamuk di ruangan itu. Dari tampak luar, bangunan kayu itu menjorok sekitar 8 meter dari badan jalan. Di dalamnya terdapat empat bilik dengan fasilitas yang bervariasi.

Tepat di belakang bangunan kayu, terdapat ruang yang hanya cukup untuk menampung kasur berukuran single. Tak ada pintu, hanya tertutup terpal berwarna cokelat tua. Irawati yang nampaknya sudah tak kaget melihat aktivitas prostitusi di lokasi itu, dengan tegas memperingatkan pelaku pekerja seks komersial (PSK) agar tak mengulangi perbuatannya.

Di lokasi itu, dia juga menerima laporan dari Satpol PP yang menyebutkan, sebelumnya Kecamatan MB Ketapang telah melayangkan peringatan tegas untuk segera membongkar warung berkonstruksi kayu itu. Namun, pada warung tersebut tak juga dibongkar.

”Mereka sudah diberikan surat peringatan oleh kecamatan untuk membongkar, tetapi tidak dilakukan. Tetap saja masih ada aktivitas seperti ini. Saya peringatkan dengan tegas. Kalau sampai saya melihat masih ada yang melakukannya lagi, saya minta Satpol PP tindak tegas dengan membongkar paksa," ujarnya.

Sementara itu, bagi Rinie, dunia malam begitu mengerikan. Sebagai perempuan, dia mengaku selalu tidur di awal waktu dan tidak terbiasa bergadang, apalagi menikmati dunia malam. Namun, kali ini dia dibuat kaget setelah menyaksikan langsung aktivitas masyarakat di malam hari. Salah satunya mendapati perempuan yang diduga PSK.

"Saya baru kali ini keluar malam. Kaget dan syok rasanya. Seperti tidak bisa berkata-kata. Melihat perempuan malam-malam duduk-duduk di tempat yang tidak layak dan tidak seharusnya," kata Rinie.

Rinie mengatakan, selama ini peraturan terkait rokok dan miras sudah biasa dibahas. Namun, tidak untuk persoalan prostitusi. ”Saya tahu perda rokok miras biasa kami bahas. Terkait prostitusi, belum dibicarakan secara tegas. Setelah melihat langsung, saya akan panggil Bapemperda, bagaimana supaya perdanya tidak mandul dan persoalan prostitusi bisa disikapi dengan tegas," ujarnya.

Menurutnya, pemerintah daerah harus tegas menyelesaikan persoalan prostitusi dan tidak membiarkannya berlarut-larut. ”Saya miris mlihat yang seperti ini. Apalagi kaum perempuan tidak selayaknya menjatuhkan martabat sesama perempuan dengan mencari penghasilan menggunakan cara yang kotor," katanya.

Rinie meminta pemerintah membongkar warung kopi berkedok prostitusi tanpa kompromi. ”Soalnya, jika tidak segera disikapi, bisa merusak moral daerah kita. Kita tidak tahu siapa-siapa pelanggannya. Takutnya anak pelajar atau siapa pun. Maka, persoalan ini harus segera ditindaklanjuti," tegasnya. (hgn/ang/ign)


BACA JUGA

Rabu, 09 September 2015 22:17

Dishub Diminta Tambah Traffic Light

<p><strong>PALANGKA RAYA</strong> &ndash; DPRD Kota Palangka Raya menilai sejauh…
Sitemap
  • HOME
  • HOT NEWS
  • NEWS UPDATE
  • KOLOM
  • RAGAM INFO
  • INSPIRASI
  • FEATURE
  • OLAHRAGA
  • EKONOMI
Find Us
Copyright © 2016 PT Duta Prokal Multimedia | Terverifikasi Dewan Pers