SAMPIT – Umat Buddha di Kota Sampit memadati Vihara Avalokitesvara di Jalan Kopi, Selasa (22/8) malam untuk menggelar sembahyang rebutan atau ritual ulambana. Ritual yang dipimpin YM. Maha Sthavira Nyana Maitri tersebut dilanjutkan dengan pembagian sembako kepada warga di sekitar vihara. Sembahyang rebutan atau ritual ulambana rutin digelar setiap tanggal 15 bulan ke-7 tahun Imlek.
Bhante Vihara Avalokitesvara Badra Kirti menjelakankan kegiatan ulambana memiliki makna untuk mengenang jasa-jasa orangtua dan leluhur yang telah meninggal. Caranya umat mengumpulkan dana ataupun kebutuhan pokok dan diserahkan ke vihara. Kemudian oleh vihara diorganisir untuk membagikan sembako kepada warga yang tidak mampu.
“Dalam tradisi Budhis ada kewajiban bagi anak untuk berbakti kepada orang tua. Kawajiban berbakti itu ketika orangtua masih hidup dan setelah meninggal anak-anak melakukan kebaikan. Nah, kebaikan inilah yang dilimpahkan kepada orangtua dan leluhur yang sudah meninggal. Kebaikan itu bisa dengan banyak cara, salah satunya mengumpulkan sembako untuk kemudian dibagikan kepada warga tidak mampu,” ungkap Bhante Badra Kitri.
Dalam kegiatan ulambana, para umat Buddha memasang nama leluhur dan keluarga di sebuah altar yang disediakan. Kemudian dipimpin Bhante, mereka berdoa bersama-sama.
Badra Kitri menambahkan di dalam ritual sembahyang rebutan, setiap umat menyakini dengan bersedekah bisa mengurangi ancaman arwah oleh karena itu, mereka rela menyisihkan apa yang dimiliki ke rumah peribadatan Tridharma.
Sementara para warga mengaku sengaja menunggu, bahkan sejam sebelum kegiatan ritual dilaksanakan sudah banyak yang menunggu di areal vihara. “Ini kali kedua saya ikut rebutan, memang ditunggu,” ungkap Mama Atun, salah seorang warga yang ikut mengantre.
Sebenarnya untuk pembagian berkat ini tidak perduli miskin atau pun kaya. Namun seperti biasa, sebagian besar dari masyarakat yang kurang berada. Dari pantauan Radar Sampit tampak ratusan warga berbaris mengantre, mereka sebagian besar terdiri dari ibu-ibu dengan membawa anak-anaknya. Sebagai antisipasi adanya kericuhan dan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan pihak vihara menggandeng aparat kepolisian untuk turut mengamankan antrean warga. (ton)