SAMPIT - Kabar kekerasan bersifat Suku, Agama, Ras dan Antargolongan (SARA) di luar daerah kini banyak tersebar di media sosial. Masyarakat Kotawaringin Timur diminta tidak mudah terprovokasi dengan hal itu.
”Masyarakat jangan mudah terprovokasi dengan kekerasan yang bersifat keagamaan. Semua berharap tercipta kerja sama umat, ras, suku, budaya, dan adat istiadat. Kuncinya toleransi, saling pengertian, menghormati, dan saling menghargai,” kata Kepala Badan Kesbangpol Kotim Kaspul Bahri saat memberikan sambutan dalam FPK di Kecamatan Cempaga Hulu, Selasa (29/8).
Disebutkannya, sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 34 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pembauran Kebangsaan di daerah, pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa pembauran kebangsaan merupakan pelaksanaan kegiatan anggota masyarakat berbagai ras, suku, etnis melalui interaksi sosial.
Baik dalam bidang bahasa, adat istiadat, seni budaya, pendidikan dan perekonomian. ”Ini untuk mewujudkan kebangsaan Indonesia tanpa harus menghilangkan identintas ras, suku dan etnis masing-masing,” jelas Kaspul.
Kesbangpol Kotim juga mengajak masyarakat Kotim untuk membina dan memelihara ketenteraman dan ketertiban, terhadap kemungkinan timbulnya ancaman keutuhan bangsa di daerah.
Tak kalah pentingnya, sikap saling menghormati dan saling percaya di antara angghota masyarakat perlu ditingkatkan. Meski berasal dari berbagai ras, suku, dan etnis berbeda.
Nah untuk itu, perlu dibentuk satu wadah guna menjaga pembauran, yakni Forum Pembauran Kebangsaan (FBK). Ini merupakan forum yang terdiri dari pimpinan organisasi pembauran kebangsaan, pemuka adat, suku, etnis, dan masyarakat di Kotim.
“Dengan adanya fasilitas forum ini, keberagaman di Bumi Habaring Hurung tetap terjaga. Masyarakat pun dapat selalu bergandeng tangan di tengah keberagaman,” harapnya. (oes/fm)