SEBANYAK 30 murid kelas VI Sekolah Dasar Muhammadiyah Sampit mengadakan kunjungan ke Kantor Surat Kabar Harian (SKH) Radar Sampit. Selain menambah wawasan tentang jurnalistik, kegiatan ini juga untuk mengimplementasikan pelajaran Bahasa Indonesia sesuai standar kompetensi kurikulum.
==============
Kunjungan murid berseragam putih merah itu didampingi guru dan kepala sekolah. Kedatangan mereka disambut langsung redaktur senior Tono Triyanto. Ada dua lokasi yang dikunjungi, yakni ruang redaksi dan ruang percetakan.
Di dalam ruang redaksi, murid terlihat sangat antusias untuk bertanya. Mereka bertanya mulai dari bagaimana cara dan proses membuat berita, mendapatkan foto ketika kejadian terjadi di luar kota, pendistribusian koran hingga mengenai penghasilan dan pendanaan media terbesar di Kota Sampit ini.
“Syarat membuat berita itu harus memuat 5W+1H, apa itu 5W+1H? penjelasannya, yakni what (apa), who (siapa), where (dimana), when (kapan), why (mengapa) and how (bagaimana). Jadi, apabila enam unsur itu sudah terpenuhi sudah dianggap layak dipublikasikan,” ujar Tono di hadapan para murid di ruang redaksi, Senin (25/9).
Lalu bagaimana untuk mendapatkan foto kejadian di luar kota? Wartawan senior di Radar Sampit ini menjelaskan, foto bisa berupa hasil jepretan wartawan ataupun dari mitra Radar Sampit. “Zaman sekarang sudah canggih, foto bisa diminta melalui pihak kecamatan, kepolisian atau dinas/instansi terkait dikirim melalui WA, BBM, Line atau instagram,” kata penghobi musik cadas ini.
Ada juga murid yang melemparkan pertanyaan mengenai pendanaan untuk menggaji para karyawan Radar Sampit. Tono menjawab, sumber pemasukan Radar Sampit berasal dari penjualan koran dan iklan. “Untuk penghasilan kantor ini melalui iklan dan penjualan koran,” ucap Tono.
Puas bertanya panjang lebar di ruang redaksi, para murid itu kembali digiring ke ruang percetakan. Mereka diberikan penjelasan bagaimana proses mencetak koran mulai dari mountage, pemasangan plat, hingga koran siap didistribusikan ke pelanggan mulai dari Kotim, Seruyan, Kobar, Sukamara, Lamandau, Katingan, Palangka Raya, Gunung Mas hingga Pulang Pisau.
Sementara itu, Kepala SD Muhammadiyah Sampit Sri Astuti menuturkan, guna memenuhi kompetensi dasar sesuai kurikulum, murid tidak sebatas hanya bisa berimajinasi (membayangkan). Murid langsung mengimplementasikan pelajaran.
“Dalam pelajaran Bahasa Indonesia sekarang harus membuat laporan. Di sini murid tidak hanya sebatas membuat saja melainkan harus ada pengamatan langsung di lapangan. Misalnya, kunjungan ke Radar Sampit, mereka merasakan dan melihat langsung bagaimana itu proses pembuatan berita sampai cetak koran,” jelas Astuti.
Selain untuk menambah dan membuka cakrawala wawasan bagi anak didiknya, kunjungan tidak hanya di kantor Radar Sampit. “Sebelumnya kami kunjungan ke kantor perpustakaan daerah kemudian. Yang jelas, kedepannya kunjungan ini akan kami agendakan per semester,” pungkasnya. (fin/yit)