SAMPIT - Ketua DPRD Kotawaringin Timur, Jhon Krisli mengungkapkan membuka daerah terisolir memang bukan perkara mudah. Meski anggaran siap, namun belum tentu bisa dilaksanakan.
Salah satu hambatannya adalah mengenai status kawasan. Dirinya prihatin melihat kawasan seberang Kotim, hingga saat ini jauh tertinggal, itu karena tidak ada akses mempermudah pemerintah untuk membangun.
“Salah satu daerah yang jauh tertinggal adalah kawasan seberang, di sana ada beberapa desa dan kecamatan, tapi sayangnya belum mampu kita optimalisasikan pembangunan karena memang akses darat tidak ada, dan rencana pembangunan jembatan juga masih belum jelas,” kata Jhon Krisli, Selasa (17/10).
Menurutnya dengan dibukanya keterisolasian itu setidaknya pemerataan dan percepatan pembangunan bisa dilakukan. Selain itu juga diharapkan meningkatkan geliat perokonomian masyarakat. Diakuinya memang anggaran besar yang terjadi jika membuka akses daerah terisolir.
"Jika pembangunan itu perlu anggaran yang besar dan tidak dapat dilakukan sekaligus, maka masih ada solusi lain, yakni dengan melakukan secara bertahap atau melalui program tahun jamak," imbuhnya.
Salah satu program pembangunan yang sudah dikerjakan secara bertahap tersebut yakni, pembangunan jalan di wilayah Kecamatan Cempaga. Sayangnya akses jalannya sampai saat ini masih terhambat status kawasan. Dana Rp 41 miliar untuk pembiayaan tahun pertama multiyears jalan tersebut harus dialihkan ke sektor lain.
Sebelum dibangun jembatan di wilayah itu, kecamatan dan desa-desa yang berada di seberang Sungai Mentaya hanya dapat dijangkau dengan sarana transportasi air.
Namun dengan terbangunnya jembatan dan jalan itu kedepannya bisa ditempuh melalui jalur darat. Beberapa daerah yang masih terisolasi seperti Desa Terantang, Mentaya Seberang, Kecamatan Pulau Hanaut, Desa Bapinang, kemudian Desa Hantipan hingga kepada Kampung Baru. (ang/fm)